Kamis, 05 Januari 2017

Proposal Inobel nanssi dengan judul Pengaruh Quantum Teaching dengan media Kubertanya ( Kartu Berisi Tata Nama Senyawa) terhadap hasil belajar Kimia SMAN 1 Bonjol



BAB I
Pendahuluan

A.     Latar Belakang
Pembelajaran di SMAN 1 Bonjol pada tahun ajaran 2016/2017 masih menggunakan KTSP. Pada penerapan KTSP di sekolah, proses belajar mengajar bukan hanya sekedar guru menyampaikan materi pelajaran dan siswa menerimanya, melainkan juga dimaknai  sebagai proses mengatur lingkungan supaya siswa belajar. Belajar bukanlah menghafal sejumlah fakta atau informasi, melainkan berbuat, memperoleh pengalaman tertentu sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Proses pembelajaran adalah proses yang menantang siswa untuk mengembangkan kemampuan berpikir, yakni merangsang kerja otak secara maksimal.
Dalam proses pembelajaran di SMAN 1 Bonjol selama ini, peserta didik kurang didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir. Proses pembelajaran di kelas hanya diarahkan kepada kemampuan peserta didik untuk menghafal sejumlah informasi tanpa dituntut untuk memahami informasi yang diingatnya itu untuk menghubungkannya dengan kehidupan sehari-hari. Pembelajaran di kelas lebih mengedepankan kegiatan  teaching activities’ atau aktifitas mengajar guru daripada ‘learning activities’ atau aktifitas belajar siswa, karena  kegiatan pembelajaran masih berpusat kepada guru (teacher centered).
Pembelajaran Kimia di SMA berdasarkan Kurikulum 2006 (KTSP) pada dasarnya memegang prinsip pembelajaran yang berpusat pada peserta didik, mengembangkan kreativitas peserta didik, menciptakan kondisi yang menyenangkan dan menantang, mengembangkan beragam kemampuan yang bermuatan nilai, menyediakan pengalaman belajar yang beragam. Melalui sistem pengelolaan pembelajaran pada KTSP ada tuntutan bahwa kegiatan pembelajaran ditujukan untuk memberdayakan semua potensi peserta didik dalam menguasai kompetensi yang diharapkan.
Tujuan dari pembelajaran kimia tidak mungkin akan tercapai jika dalam proses pembelajaran siswa hanya duduk, mendengarkan ceramah guru dan menjawab pertanyaan yang sulit pada waktu tes. Kegiatan pembelajaran hendaklah berpusat kepada siswa (student centered) dimana siswa berperan secara aktif dan guru lebih berperan sebagai fasilitator. Aktif berarti “learning by doing”, dimana siswa harus ikut melakukan sesuatu untuk memperoleh ilmu yang mereka cari.
Pendidikan karakter sudah lama dirancang untuk dilakukan di SMAN 1 Bonjol, yang selama ini hanya tertuang dalam silabus dan RPP saja belum dilaksanakan secara baik. Sehingga karakter yang diharapkan ada pada diri siswa belum tampak. Beberapa karakter yang diharapkan dapat tumbuh pada diri siswa selama belajar kimia diantaranya adalah rasa ingin tahu, berfikir logis, kritis, kreatif, inovatif, jujur, bergaya hidup sehat, percaya diri, menghargai keberagaman, disiplin, mandiri, peduli lingkungan dan cinta ilmu.
Pembelajaran kimia selama ini  di SMAN 1 Bonjol kurang diminati siswa karena beberapa hal diantaranya banyaknya konsep dasar yang bersifat teoritis yang harus dihafal, kurangnya aktivitas siswa kecuali hanya mendengarkan guru berbicara menyampaikan  materi pelajaran, sehingga banyak siswa yang bosan untuk belajar kimia. Mereka tidak betah berlama-lama untuk mengikuti pembelajaran kimia.  Yang akhirnya hasil belajar siswa pada pelajaran kimia rendah, interaksi sesama siswa dalam belajar sangat rendah, kerja sama antar  siswa sangat rendah dan peran guru lebih dominan.
Untuk mengatasi masalah tersebut salah satu model pembelajaran yang digunakan adalah model pembelajaran Quantum Teaching. Dengan model pembelajaran ini diharapkan dapat tumbuh berbagai kegiatan belajar siswa. Dengan kata lain terciptalah interaksi edukatif. Dalam interaksi ini guru berperan sebagai penggerak atau pembimbing, sedangkan siswa berperan sebagai penerima atau yang dibimbing. Proses interaksi ini akan berjalan baik apabila siswa banyak aktif dibandingkan guru.
Dengan menerapkan Quantum Teaching, maka dalam mengusahakan pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa dan meningkatkan kualitas pembelajaran kimia di kelas dapat tercapai. Selain itu juga dapat memperbaiki proses pembelajaran saat ini dikelas dan dapat meningkatkan pemahaman serta menciptakan suasana belajar yang kondusif.
Model pembelajaran Quantum Teaching sebagai salah satu alternatif dalam pembelajaran kimia yang membawa siswa belajar dalam suasana yang lebih nyaman dan menyenangkan sehingga karakter bangsa yang diharapkan dimiliki oleh siswa dapat muncul. Siswa akan lebih bebas dalam menemukan berbagai pengalaman baru dalam belajarnya, sehingga diharapkan dapat tumbuh berbagai kegiatan aktivitas belajar siswa dan hasil belajar kimia pun akan meningkat.
Agar model pembelajaran Quantum Teaching lebih bisa dilaksanakan di kelas maka pelaksanaannya disertai dengan menggunakan media pembelajaran Kubertanya (Kartu Berisi Tata Nama Senyawa). Media kartu dipilih karena anak-anak suka bermain dengan menggunakan kartu. Sehingga dengan menggunakan kartu tersebut diharapkan siswa senang dan betah belajar kimia dikelas.
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan diatas maka penulis berkeinginan untuk melaksanakan penelitian eksperimen dengan judul “Pengaruh  Quantum Teaching dengan media Kubertanya ( Kartu Berisi Tata Nama Senyawa) terhadap hasil belajar Kimia SMAN 1 Bonjol.”



B.     Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang diduga permasalahan yang dapat diidentifikasi adalah sebagai berikut:
1.    Siswa malas dalam belajar pada mata pelajaran kimia.
2.    Guru lebih banyak menggunakan pembelajaran konvensional.
3.    Hasil belajar siswa masih rendah.
4.    Pembelajaran Quantum Teaching belum dilaksanakan.
5.    Media Pembelajaran berupa Kartu berisi Tata Nama Senyawa (Kubertanya) belum pernah dicobakan.

C.     Pembatasan Masalah
Dari beberapa masalah yang telah terindentifikasi maka masalah penelitian ini dibatasi pada Pengaruh  Quantum Teaching dengan media Kubertanya ( Kartu Berisi Tata Nama Senyawa) terhadap hasil belajar Kimia SMAN 1 Bonjol.

D.     Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah, maka penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: Apakah model pembelajaran Quantum Teaching dengan media Kubertanya ( Kartu Berisi Tata Nama Senyawa) berpengaruh terhadap hasil belajar Kimia di SMAN 1 Bonjol?

E.     Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat Pengaruh  Quantum Teaching dengan media Kubertanya ( Kartu Berisi Tata Nama Senyawa) terhadap hasil belajar Kimia SMAN 1 Bonjol.




F.      Manfaat Penelitian
            Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
1.    Memberikan masukan kepada pihak sekolah dalam rangka meningkatkan mutu pelajaran di sekolah.
2.    Bagi guru mata pelajaran lainnya, sebagai salah satu strategi alternatif dalam meningkatkan mutu pembelajaran di sekolah.
3.    Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi guru SMA untuk dapat mengaplikasikannya dalam proses pembelajaran di kelas.
4.    Bagi peneliti lain sebagai masukan dalam pengembangan pembelajaran di SMA guna meningkatkan mutu dan hasil belajar siswa.



















BAB II
Tinjauan  Pustaka

A.   Kajian Teori
1.    Model pembelajaran Quantum Teaching
1.1.    Pengertian Quantum Teaching
Quantum Teaching adalah pembelajaran yang mampu menciptakan interaksi dan keaktifan siswa, sehingga kemampuan, bakat, dan potensi siswa dapat berkembang, yang pada akhirnya mampu meningkatkan prestasi belajar dengan menyingkirkan hambatan belajar melalui penggunaan cara dan alat yang tepat, sehingga siswa dapat belajar secara mudah. Pada proses Quantum Teaching terjadi penyelarasan dan pemberdayaan komunitas belajar, sehingga guru dan siswa yang terlibat dalam proses pembelajaran sama- sama merasa senang dan saling bekerja sama untuk mencapai hasil yang maksimal.
Quantum Teaching bersandar pada konsep ini : Bawalah Dunia Mereka ke Dunia Kita, dan Antarkan Dunia Kita ke Dunia Mereka (Made Wena: 2011). Inilah asas utama Quantum Teaching. Maksud dari asas di atas adalah guru harus membangun jembatan autentik untuk memasuki kehidupan siswa. Dengan memasuki dunia siswa berarti guru mempunyai hak mengajar, sehingga siswa dengan sukarela, antusias dan semangat untuk mengikuti pelajaran.
Ciri  dan Prinsip Dasar dari Quantum Teaching adalah sebagai berikut:
1.  Membawa dunia siswa ke dalam dunia guru dan mengantarkan dunia guru ke dalam dunia siswa.
2.  Proses pembelajaran diumpamakan seperti orkestra simfoni, yang secara spesifik dapat dijabarkan sebagai berikut:
a.  Segalanya berbicara; Segalanya dari lingkungan kelas hingga bahasa tubuh seorang guru, dari kertas yang guru bagikan hingga rancangan pelajaran seorang guru, semuanya mengirim pesan tentang belajar.
b.  Segalanya bertujuan; semua yang terjadi dalam proses pembelajaran mempunyai tujuan.
c.  Pengalaman mendahului pemberian nama. Pembelajaran yang baik adalah jika siswa telah memperoleh informasi terlebih dahulu apa yang akan dipelajari sebelum memperoleh nama untuk apa yang mereka pelajari. Ini diilhami bahwa otak akan berkembang pesat jika adanya rangsangan yang kompleks selanjunya akan menggerakkan rasa keingintahuan.
d.  Mengakui setiap usaha. Belajar mengandung resiko. Belajar berarti melangkah keluar dari kenyamanan. Pada saat siswa mengambil langka ini, maka mereka patut mendapat pengakuan atas kecakapan dan kepercaaan diri mereka.
e.  Merayakan/memberi penghargaan terhadap hasil belajar siswa (Rusman: 2014).
3. Pembelajaran berdampak bagi terbentuknya keunggulan. Ada delapan kunci  keunggulan dalam Quantum Teaching yaitu:
a.  menerapkan hidup dalam integritas; artinya dalam pembelajaran baik guru maupun siswa sebaiknya bersikap apa adanya, tulus, dan menyeluruh, sehingga akan meningkatkan motivasi belajar.
b.  mengakui bahwa kegagalan dapat membawa kesuksesan; saat siswa mengalami kegagalan, hendaknya guru memotivasi siswa untuk belajar lebih giat.
c.  berbicara dengan niat baik. Dalam pembelajaran hendaknya dikembangkan keterampilan berbicara dalam arti positif dan bertanggung jawab atas komunikasi yang jujur dan langsung. Dengan niat bicara yang baik akan mendorong rasa percaya diri dan motivasi.
d.  tegas dalam komitmen; dalam pembelajaran baik guru maupun siswa harus mengikuti visi-misi tanpa ragu-ragu.
e.  menjadi pemilik, mengandung arti bahwa siswa dan guru memiliki rasa tanggung jawab sehingga terjadi pembelajaran yang bermakna dan bermutu.
f.   tetap lentur; seorang guru terutama harus pandai mengubah lingkungan dan suasana bilamana diperlukan.
g.  mempertahankan keseimbangan. Dalam pembelajaran, guru dan siswa hendaknya mempertahankan jiwa, tubuh, emosi dan semangat dalam satu kesatuan dan kesejajaran agar proses dan hasil pembelajaran efektif dan optimal.
1.2.   Langkah-langkah Pembelajaran Quantum Teaching
1. Pengkondisian awal
Tahap ini dimaksudkan untuk menyiapkan mental siswa mengenai model pembelajaran kuantum yang menuntut keterlibatan aktif siswa. Melalui pengkondisian awal akan memungkinkan dilaksanakannya proses pembelajaran yang lebih baik. Kegiatan yang dilakukan dalam pengkondisian awal meliputi: penumbuhan rasa percaya diri siswa, motivasi diri, menjalin hubungan, dan ketrampilan belajar.
2. Penyusunan rancangan pembelajaran
Tahap ini sama artinya dengan dengan tahap persiapan dalam pembelajaran biasa. Kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini adalah penyiapan alat dan pendukung lainnya, penentuan kegiatan selama proses belajar mengajar, dan penyusunan evaluasi.
3. Pelaksanaan model pembelajaran kuantum
Tahap ini merupakan inti penerapan model pembelajaran kuantum. Kegiatan dalam tahap ini meliputi T-A-N-D-U-R (Rusman: 2014) yaitu, Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi, Rayakan.
(1). Penumbuhan minat (T= Tumbuhkan minat)
Dalam tahap ini, guru berperan penting dalam menumbuhkan minat belajar peserta didiknya, agar nantinya dapat menumbuhkan rasa ingin tahu dari diri siswa sehingga mampu meningkatkan minat belajar dari peserta didik tersebut. Penumbuhan minat siswa untuk belajar dilakukan dengan menciptakan suasana belajar yang menyenangkan yaitu mengkondisikan suasana kelas lebih rileks tetapi serius.
(2). Pemberian pengalaman umum (A= Alami)
Pada langkah ini guru memberikan kesempatan siswa untuk menceritakan pengalaman yang telah siswa alami terkait dengan materi yang akan diajarkan, sehingga ada motivasi dari siswa yang pernah mengenal materi tersebut untuk lebih mengembangkan pengalamannya juga bagi yang sama sekali belum pernah mengenal menjadi lebih tertarik dan tertantang untuk mempelajarinya. Selain itu guru memberikan tugas mandiri kepada siswa tentang materi yang akan dipelajari dengan harapan siswa telah mempunyai pengalaman sebelum mengikuti pelajaran.
(3). Penamaan atau penyajian materi  (N= Namai)
Pada kegiatan ini guru menyampaikan materi yang akan dipelajari secara lengkap setelah siswa menceritakan pengalaman yang telah didapat, sehingga dalam penamaan siswa telah memiliki bekal dan penguasaan materi oleh siswa dapt lebih maksimal.
(4). Demonstrasi pengetahuan siswa (D = Demonstrasi)
Demonstrasi dilakukan dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk mempresentasikan hasil tugas mandiri yang telah diberikan oleh guru sebelumnya, baik kepada teman kelompoknya maupun kepada seluruh siswa. Dengan cara ini, diharapkan rasa percaya diri siswa lebih meningkat karena diberi kesempatan untuk menunjukkan hasil tugas mandiri.
(5). Pengulangan yang dilakukan oleh siswa (U = Ulangi)
Pengulangan dilakukan dengan cara memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengulas kembali materi yang telah disampaikan oleh guru, caranya dengan bercerita kepada teman kelompoknya, maupun kepada seluruh siswa. Dengan demikian siswa yang tidak memperhatikan guru saat mengajar dapat dihindari, karena setelah guru memberikan materi maka guru akan menunjuk salah seorang siswa untuk menjelaskan kembali materi yang telah diberikan.
(6). Perayaan atas usaha siswa (R = Rayakan)
Perayaan merupakan salah satu bentuk motivasi yang dilakukan oleh guru dengan memberikan pujian kepada siswa yang berhasil maupun yang tidak berhasil menjawab pertanyaan dan tidak secara langsung menyalahkan jawaban siswa yang kurang tepat, selain itu perayaan dilakukan dengan melakukan tepuk tangan bersama-sama ketika jam pelajaran berakhir. Kondisi ini diharapkan dapat menumbuhkan semangat belajar. Begitu pula jika ada yang tidak berhasil juga diberikan pujian atas usaha yang dilakukan agar tidak patah semangat dan lebih giat lagi berlatih.
4. Evaluasi
          Evaluasi dilaksanakan terhadap proses dan produk untuk melihat keefektifan model pembelajaran yang digunakan.



1.3.      Kelebihan dan Kelemahan model pembelajaran Quantum Learning
a.      Kelebihan
1.  Siswa dapat belajar dari mana saja, tidak terbatas hanya bersumber dari buku atau penjelasan dari guru sehingga memudahkan siswa dalam mengembangkan potensinya.
2.  Membentuk siswa yang aktif, karena dengan metode ini siswa bukan hanya sebagai objek yang hanya menerima melainkan juga sebagai pelaku dalam proses pembelajaran sehingga dapat menumbuhkan motivasi siswa untuk belajar.
3.  Dapat mempercepat pemahaman siswa karena siswa mengalami apa yang dipelajari secara langsung.
4.  Menumbuhkan semangat siswa untuk belajar, dalam metode ini keberhasilan yang telah dicapai siswa dirayakan sebagai bentuk penghargaan.
b.     Kelemahan
1.    Memerlukan biaya yang cukup tinggi dalam hal pengadaan fasilitas yang menunjang proses pembalajaran dengan menggunakan model kuantum.
2.    Sulit membentuk suasana yang menyenangkan untuk melaksanakan proses pembelajaran, karena adanya faktor-faktor yang mungkin kurang mendukung baik dari lingkungan sekolah maupun lingkungan di sekitar sekolah.
3.    Membutuhkan waktu yang relatif lama dalam menerapkan model pembelajaran kuantum.
4.    Tidak semua siswa cocok diberikan model pembelajan kuantum terutama bagi siswa yang lambat, karena siwa tersebut tidak akan mampu memanfatkan segala hal sebagai sumber belajar.

2.    Media Pembelajaran Kubertanya (Kartu berisi Tata Nama Senyawa)
Makna umum dari media  adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan informasi dari sumber informasi kepada penerima informasi. Istilah media sangat populer dalam bidang komuikasi. Proses belajar mengajar pada dasarnya juga merupakan proses komunikasi, sehingga media yang digunakan disebut media pembelajaran.
Menurut Hamalik yang dimaksud dengan media pendidikan adalah alat, metode, dan teknik yang digunakan dalam rangka lebih mengefektifkan komunikasi dan interaksi antara guru dan siswa dalam proses pendidikan dan pengajaran di sekolah. Gagne menyatakan bahwa media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsang mereka untuk belajar. Senada dengan itu, Briggs mengartikan media sebagai alat untuk memberikan perangsangan bagi siswa agar terjadi proses belajar. (Djamilah Sudjana, 2015)
Dalam proses belajar mengajar fungsi media pembelajaran tidak hanya sebagai alat bantu yang digunakan guru, akan tetapi juga sebagai sarana untuk mengkomunikasikan pesan kepada anak didik. Manfaat penggunaan media pembelajaran :media pembelajaran membangkitkan motivasi siswa, dengan menggunakan media pembelajaran siswa dapat mengulangi apa yang telah mereka pelajari, media pembelajaran dapat merangsang siswa untuk belajar dengan penuh semangat, media pembelajaran dapat lebih mengaktifkan adanya respon dari siswa, dengan menggunakan media pembelajaran dapat diharapkan adanya umpan balik dengan segera.
Diharapkan dengan penggunaan media pembelajaran tentunya dapat mempertinggi nilai proses belajar siswa dalam pembelajaran yang pada gilirannya dapat mempertinggi hasi belajar yang dicapainya. Ada beberapa alasan bahwa dengan penggunaan media pembelajaran dapat mempertinggi proses belajar siswa. Alasan pertama berkenaan dengan manfaat media pembelajaran dalam proses belajar siswa, antara lain :
a.    Pembelajaran lebih menarik perhatian sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar.
b.    Bahan pembelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh siswa, dan memungkinkan siswa menguasai tujuan pembelajaran lebih baik.
c.    Metode mengajar akan lebih bervariasi, sehingga siswa tidak bosan.
d.    Siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar, siswa melakukan aktivitas lebih banyak selain mendengarkan uraian guru, siswa juga melakukan aktivitas , mengamati, mendemonstrasikan, dan sebagainya.
Alasan kedua berkenaan dengan taraf berpikir siswa. Taraf berpikir manusia mengikuti tahap perkembangan dimulai dari berpikir sederhana menuju berpikir kompleks. Penggunaan media pembelajaran erat kaitannya dengan tahapan berpikir tersebut, sebab dengan media pembelajaran hal-hal yang abstraks dapat dikonkritkan, dan hal-hal yang kompleks dapat disederhanakan.
Media Pembelajaran yang digunakan pada penelitian ini adalah berupa kartu yang berisi nama-nama senyawa dan rumus-rumus kimia yang oleh peneliti diberi nama “Kubertanya” yang merupakan kepanjangan dari Kartu berisi Tata Nama Senyawa. Dalam kartu yang akan dirancanakan berisi senyawa-senyawa yang dibuat dalam kelompok kwartet, masing-masing kelompok terdiri dari 4 senyawa (1) Kelompok nama senyawa Biner Logam Utama dengan Non Logam, 2) Kelompok nama senyawa Biner  Logam Transisi dengan Non Logam, 3) Kelompok nama senyawa Biner Non Logam dengan Non Logam, 4) Kelompok nama senyawa Poliatomik Kation logam utama dan 5) Kelompok nama senyawa Poliatomik katoin Logam Transisi. Sehingga diperoleh 20 kartu.

3.    Hasil Belajar Kimia
Keberhasilan suatu kegiatan belajar dapat dilihat dari hasil belajar setelah mengikuti usaha belajar, hasil belajar merupakan dasar yang digunakan untuk menentukan tingkat keberhasilan siswa menguasai suatu materi pelajaran.
Hasil belajar adalah tingkat keberhasilan seseorang dalam mengikuti pelajaran, yang telah dinyatakan dalam bentuk angka yang diperoleh dari proses evaluasi. Berdasarkan pendapat tersebut maka hasil belajar merupakan prestasi dari kegiatan belajar sedangkan belajar lebih menekankan  pada proses kegiatan bukan pada hasil belajarnya.
Manusia melakukan kegiatan belajar dengan bermacam cara, sesuai dengan keadaan. Bila seseorang telah melakukan kegiatan belajar, maka dalam dirinya akan terjadi perubahan-perubahan yang merupakan pernyataan perbuatan belajar, perubahan tersebut disebut hasil belajar.
Berkaitan dengan hasil belajar yang diperoleh sebagai hasil belajar,terdapat tiga tipe hasil belajar yaitu (1) tipe hasil belajar bidang kognitif meliputi  pengetahuan , pemahaman, penerapan ,analisis sintesis dan evaluasi (2) tipe hasil belajar bidang afektif meliputi penerimaan ,jawaban,penilaian,organisi dan karakteristik  nilai (3) tipe hasil belajar bidang psikomotor meliputi tingkatan keterampilan (Sudjana: 2004).
Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah suatu faktor penentu penguasaan siswa terhadap apa-apa yang disampaikan kepadanya dalam kegiatan belajar, dimana penguasaan itu dapat berupa pengetahuan, sikap maupun keterampilan.
Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006 materi pelajaran Kimia kelas X di semester 1, terdiri atas 2 Standar Kompetensi yaitu (1) Memahami struktur atom, sifat sifat periodik unsur dan ikatan kimia dan (2) Memahami hukum-hukum dasar kimia dan penerapannya dalam perhitungan (stoikiometri).
Media pembelajaran Kubertanya dapat digunakan untuk mempelajari Standar Kompetensi  (1) Memahami struktur atom, sifat sifat periodik unsur dan ikatan kimia. Pada Standar Kompetensi ini terdiri atas 2 Kompetensi Dasar yaitu (1) Memahami struktur atom berdasarkan teori atom Bohr, sifat-sifat unsur, massa atom relatif dan sifat-sifat periodik unsur dalamtabel periodik serta menyadari keteraturanya melalui pemahaman konfigurasi elektron dan (2) Membandingkan proses pembentukan ikatan ion, ikatan kovalen, koordinasi dan ikatan logam serta hubungannya dengan sifat fisik senyawa yang terbentuk.

  1. Kerangka Berpikir
Belajar merupakan proses interaksi antara guru dengan siswa. Tujuan belajar adalah agar siswa dapat merubah prilaku sesuai dengan pengalaman belajar yang dialamainya. Salah satu perubahan prilaku belajar siswa dapat kita lihat dari hasil belajar siswa.
Keberhasilan pembelajaran sangat ditentukan oleh kualitas proses pembelajaran. Dalam pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Quantum Teaching dengan media pembelajaran Kubertanya ini diharapkan dapat tumbuh berbagai kegiatan belajar siswa. Dengan kata lain terciptalah interaksi edukatif. Dalam interaksi ini guru berperan sebagai penggerak atau pembimbing, sedangkan siswa berperan sebagai penerima atau yang dibimbing. Proses interaksi ini akan berjalan baik apabila siswa banyak aktif dibandingkan guru.
Model pembelajaran ini mengusahakan terciptanya pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa sehingga peningkatan kwalitas pembelajaran kimia di kelas dapat tercapai. Selain itu juga dapat memperbaiki proses pembelajaran saat ini dikelas dan dapat meningkatkan pemahaman serta menciptakan suasana belajar yang kondusif. Sehingga diduga dengan penggunaan model pembelajaran  Quantum Teaching dengan media pembelajaran Kubertanya dapat meningkatkan hasil belajar Kimia siswa. Utuk lebih jelas kerangka pemikiran dapat dilihat pada Gambar 1.


Materi Kimia Kelas X
Semester 1
 
 


           


 





Gambar 1. Kerangka berpikir
C. Hipotesis Penelitian
       Berdasarkan kajian pustaka dan beberapa laporan penelitian yang telah dilakukan, maka hipotesis penelitian dapat dirumuskan bahwa model pembelajaran Quantum Teaching dengan media Pembelajaran Kubertanya berpengaruh terhadap hasil belajar kimia siswa.







BAB III
METODE PENELITIAN

A.     Pendekatan
Penelitian ini mengunakan pendekatan kuantitatif dala bentuk quasi eksperimen (eksperimen semu), dimana variabel penelitian tidak memungkinkan untuk dikontrol secara penuh.
B.     Desain
Desain penelitian yang digunakan adalah Pretest-posttest nonequivalent control group design. Desain ini melibatkan dua kelas yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Kelas eksperimen diberikan perlakuan dengan mengunakan model pembelajaran Quantum Teaching dengan media pembelajaran Kubertanya dan kelas kontrol menggunakan strategi pembelajaran konvensional. Dua kelas tersebut diberikan tes awal dan tes akhir. Desain penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 2.
O1        X      O2
O3                 O4
Gambar 2. Desain Penelitian
Keterangan :
X : pembelajaran kelas eksperimen dengan menggunakan model pembelajaran Quantum Teaching dengan media pembelajaran Kubertanya.
O1    :     pretest  kelas eksperimen
O2   :    posttest  kelas eksperimen
O3   :    pretest  kelas control
O4   :    posttest  kelas kontrol
C.    Setting
Penelitian eksperimen ini di laksanakan di SMAN 1 Bonjol, Kabupaten Pasaman, Provinsi Sumatera Barat pada tahun pelajaran 2016/2017.

D.    Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa SMA N 1 Bonjol TP 2016/ 2017 kelas X. Sesuai dengan permasalahan penelitian yang akan diteliti, maka peneliti membutuhkan dua kelas sebagai sampel yang diambil secara random dari 8 lokal kelas X. Satu kelas sebagai kelas eksperimen dan satu kelas lagi sebagai kelas kontrol.

E.     Definisi Operasional
1.  Model pembelajaran Quantum Teaching adalah salah satu model pembelajaran yang mampu menciptakan interaksi dan keaktifan siswa melalui penggunaan cara dan alat yang tepat, sehingga siswa dapat belajar secara mudah.
2.  Media pembelajaran Kubertanya adalah salah satu media pembelajaran yang digunakan pada pembelajaran kimia dengan menggunakan kartu yang berisi nama-nama Senyawa Kimia.
3.  Dalam penelitian ini model pembelajaran Quantum Teaching dengan media pembelajaran Kubertanya adalah merupakan perlakuan (treatmen) yang akan diberikan pada kelas eksperimen.
4.  Pembelajaran konvensional adalah pembelajaran yang biasa dilakukan dengan cara ceramah. Yang dalam penelitian akan diberikan pada kelas kontrol.
5.  Hasil belajar siswa adalah hasil belajar kognitif yang diperoleh dari tes hasil belajar yang dibuat sendiri oleh peneliti dalam soal objektif.

F.     Validitas dan Reliabilitas (Keabsahan Data)
1.                                                  Validitas tes
Validitas tes yang digunakan adalah validitas isi, yang bertujuan untuk mengukur tingkat penguasaan terhadap isi atau konten atau materi tertentu yang seharusnya dikuasai yang sesuai dengan tujuan pembelajaran.Derajat kesahihan suatu tes sangat bergantung pada penelaahan kisi-kisi tes.
2.  Reliabilitas
Reliabilitas tes berhubungan dengan masalah ketepatan. Tes dikatakan reliabel jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap. Untuk mencari reliablilitas tes maka digunakan rumus Kuder-Richardson (K-R20). (Nana: 2000)
Keterangan:
K = jumlah butir soal
p = proporsi jawaban benar kelompok atas
q = proporsi jawaban benar kelompok bawah
α2 = variansi

G.   Teknik Pengumpulan Data
Data dalam penelitian diperoleh dari nilai pretes dan nilai postes. Tes digunakan untuk melihat tingkat pencapaian keberhasilan siswa dalam ranah kogitif dalam bentuk soal objektif.  Nilai pretes dilakukan sebelum siswa mendapat perlakuan sedangkan nilai postes diperoleh setelah siswa mendapat perlakuan. Data nilai pretes dan nilai postes didapat dari sampel penelitian yaitu kelas eksperimen dan dari kelas kontrol.

H.    Teknik Analisis Data
Analisis data bertujuan untuk melihat apakah rata-rata skor tes hasil belajar siswa kelompok eksperimen berbeda dengan kelompok kontrol. Teknik analisis data yang digunakan dalam peneltian ini adalah:
1.    Uji normalitas, bertujuan untuk melihat apakah dua sampel berdistribusi normal atau tidak.
2.    Uji homogenitas, bertujuan untuk menguji kesamaan varians pada kedua kelompok (kelompok kontrol dan kelompok eksperimen)
3.    Uji t, apabila sebaran data berdistribusi normal dan varians homogen, dilanjutkan dengan melakukan uji t dengana menggunakan program SPSS.




























DAFTAR PUSTAKA

Depdiknas, (2006), Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, Jakarta: Depdiknas
Dindin Sholehudin (2004). Petunjuk Guru Kimia, Bandung: Grafindo Media Utama
Djamilah Sudjana, Kartu Kation-Anion sebagai Inovasi Media Pembelajaran pada Mata Pelajaran Kimia di Sekolah Menengah Atas (SMA), Jurnal Lingkar Widyaiswara (www.juliwi.com) Edisi 2 No. 1, Jan – Mar 2015, p.21 – 37 ISSN: 2355-4118

Made Wena, (2011), Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer, Jakarta: Bumi Aksara

Nana sudjana, (2004), Penelitian hasil belajar mengajar, Bandung: PT Rosdakarya

Rusman, (2014), Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesional Guru, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

















Lampiran :
Foto Kondisi Kelas X SMAN 1 Bonjol tahun lalu TP 2015/2016 yang belum menggunakan model pembelajaran Quantum Teaching dengan Kubertanya

BIODATA PESERTA
LOMBA INOVASI PEMBELAJARAN GURU PENDIDIKAN MENENGAH
 
TINGKAT NASIONAL TAHUN 2016

1.      Nama Lengkap               : Nanssi Marwarinda, S.Si, M.Pd
(dengan gelar)
2.    Tempat/Tanggal Lahir   : Samarinda / 15 Maret 1978
3.    Jenis Kelamin                : Pria / Wanita*)
4.    NIP                                   : 197803152006042012
5.    Jabatan                            : Guru Mata Pelajaran Kimia
6.    Pangkat/Golongan        : Penata Tingkat 1 / III.d
7.    Unit Kerja                        : SMAN 1 Bonjol
8.    NUPTK                            : 3647756657300052
9.    DAPODIK                        : sudah/belum*) terdaftar
10. Alamat Unit Kerja           : Jl. Koto Kaciak Kumpulan, Kabupaten
        Pasaman, Provinsi  Sumatera Barat
11. Alamat Rumah               : Jl. Puti Sangkar Bulan No 13, Lubuk Sikaping,
   Kabupaten Pasaman, Sumatera Barat
12. Nomor Telepon/HP        : 081374148186
13. Alamat e-mail                 : nanssimarwarinda@gmail.com
14. Pendidikan Terakhir      : S2
a.  Perguruan Tinggi             : Pasca Sarjana Universitas Negeri Padang
b.  Fakultas/Jurusan              : Teknologi Pendidikan / Kimia
c.  Tahun Tamat          : 2011
15. Mata Pelajaran diampu : Kimia
16. Pengalaman Mengajar             : 12 tahun
17. Prestasi/Penghargaan yang pernah diraih
a.  Tingkat Kab./Kota : bidang Olimpiade Sains Guru Kimia, tahun 2015
b.  Tingkat Nasional   : bidang pembuatan PTK,  tahun 2015
18. Pengalaman Penelitian : PTK dengan judul “Upaya Peningkatan Hasil
Belajar dalam  materi Hidrokarbon melalui
pembelajaran  Kooperatif  Jigsaw  pada kelas X1
semester 2 di SMAN 1 Bonjol.”

Kumpulan, 28 Juni 2016
Yang membuat,




                                                                                 (Nanssi Marwarinda, S.Si, M.Pd)

5 komentar: