Bab I
Pendahuluan
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam dalam arti yang luas bertujuan untuk
mengembangkan kepribadian siswa,
sehingga dapat melangkah kejalur profesi yang diminati. Sesuai dengan Permendiknas No. 41 / 2007 bahwa
untuk mencapai tujuan tersebut dalam pelaksanaan pembelajaran IPA adalah dengan menerapkan pembelajaran
aktif yang memperhatikan
model-model inovasi yang mendorong siswa
berpikir mandiri dan lebih berpusat pada siswa . Untuk kepentingan tersebut
diatas guru lebih berperan sebagai fasilitator, atau pemandu belajar, bertugas
membimbing dan pengarahkan siswa dalam belajar.
Tujuan pendidikan kimia SMA menurut
Permendiknas No.22 / th 2006 yaitu memberikan pengetahuan untuk memahami penerapan
konsep kimia dan saling keterkaitannya, serta mampu menerapkan konsep-konsep
kimia dan metoda ilmiah yang melibatkan keterampilan proses untuk memecahkan
masalah dalam kehidupan.
Pembelajaran Kimia di SMA berdasarkan Kurikulum 2006 (KTSP) pada dasarnya
memegang prinsip pembelajaran yang berpusat pada peserta didik, mengembangkan
kreativitas peserta didik, menciptakan kondisi yang menyenangkan dan menantang,
mengembangkan beragam kemampuan yang bermuatan nilai, menyediakan pengalaman belajar
yang beragam. Melalui sistem pengelolaan pembelajaran pada KTSP ada tuntutan
bahwa kegiatan pembelajaran ditujukan untuk memberdayakan semua potensi peserta
didik dalam menguasai kompetensi yang diharapkan. Untuk melaksanakan prinsip-prinsip
itu diperlukan kreativitas guru untuk mengelola pembelajaran agar dapat memenuhi empat kompetensi ideal guru
menurut Permendiknas No.16 / 2007 yaitu kompetensi pedagogik, personal,
profesional dan sosial.
Pembelajaran kimia selama ini di
SMAN 1 Bonjol kurang diminati siswa karena beberapa hal diantaranya banyaknya
konsep dasar yang bersifat abstrak dan teoritis yang harus dihafal sehingga
sangat membosankan bagi siswa, kurangnya aktivitas siswa kecuali hanya mendengarkan guru berbicara
menyampaikan materi pelajaran, hasil
belajar siswa pada pelajaran kimia rendah, interaksi sesama siswa dalam belajar
sangat rendah, kerja sama antar siswa
sangat rendah dan peran guru lebih dominan. Sehingga tujuan pembelajaran kimia tidak tercapai secara optimal.
Kurikulum mata pelajaran kimia di
SMA untuk semester 2 di kelas X memuat salah satu kompetensi yaitu
kompetensi 4.2 Menggolongkan senyawa
hidrokarbon berdasarkan strukturnya dan hubungannya dengan sifat senyawa.
Karena luasnya cakupan materi yang harus dikuasai siswa dan bersifat teoritis
membuat pelajaran pada kompetensi ini sangat membosankan. Penulis mencoba
memperbaiki pembelajaran kimia menjadi indah,
menarik, inovatif, koperatif dan bermakna bagi siswa maka penulis memilih
menerapkan model pembelajaran Koopertif Jigsaw pada kompetensi Menggolongkan senyawa hidrokarbon berdasarkan
strukturnya dan hubungannya dengan sifat senyawa kelas
X semester 2 pada SMAN 1 Bonjol dengan tujuan meningkatkan hasil belajar siswa
dalam pembelajaran kimia.
Model pembelajaran ini dapat meningkatkan hasil belajar siswa di sekolah
dan menyampaikan pendapat secara logis
dan mendengar pendapat orang
lain, kerjasama kelompok yang baik sehingga terbangun kemampuan kecakapan komunikasi,
sifat menghargai pendapat orang lain dan memperoleh
keterampilan bekerjasama dalam belajar. Agar pembelajaran menjadi indah, menarik,
inovatif, koperatif dan bermakna bagi siswa.
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan diatas maka permasalahan
dalam pembelajaran kimia di kelas X SMAN 1 Bonjol secara umum adalah rendahnya hasil
belajar siswa dalam pembelajaran kimia. Permasalahan tersebut rinciannya dapat
diidentifikasi sebagai berikut :
a.
Rendahnya aktivitas
siswa akibat dari kebiasan siswa yang hanya
mendengarkan guru berbicara menyampaikan materi.
b.
Rendahnya hasil belajar karena kurangnya kemampuan siswa untuk memahami
dan menyimpulkan materi pelajaran.
c.
Kurangnya kemampuan siswa untuk belajar sendiri dan
berkelompok akibat guru sebagai sumber
belajar yang paling dominan di kelas.
d.
Kurangnya kemampuan siswa mengkaitkan materi yang
dipelajari dengan persoalan kehidupan seharari-hari di lingkungan mereka akibat
tidak kontekstual materi pelajaran yang disajikan kepada siswa.
Masalah-masalah yang teridentifikasi tersebut diatas, perlu segera
dipecahkan agar tidak menjadi berkepanjangan dan menimbulkan masalah lain yang
lebih besar. Untuk mengatasi rendahnya hasil belajar siswa tersebut maka
penelitian ini difokuskan pada upaya penerapan Pembelajaran Kooperatif Jigsaw dalam
pembelajaran kimia yaitu pada materi Hidrokarbon di kelas X1 SMAN 1
Bonjol.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan paparan latar belakang, sebab akibat dan alasan maka
permasalahaan penelitian ini dirumuskan sebagai berikut :
1.
Apakah melalui penerapan Pembelajaran Kooperatif Jigsaw dalam materi Hidrokarbon
dapat meningkatkan hasil belajar pada kelas X1 semester 2 di SMAN 1
Bonjol Kabupaten Pasaman?
2.
Bagaimana
meningkatkan hasil belajar pada materi Hidrokarbon melalui penerapan Pembelajaran Kooperatif Jigsaw pada
kelas X1 semester 2 di SMAN 1 Bonjol Kabupaten Pasaman?
C.
Tujuan
Penelitian
- Untuk menganalisis apakah melalui metode Pembelajaran Kooperatif Jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi Hidrokarbon di kelas X1 semester 2 di SMAN 1 Bonjol Kabupaten Pasaman.
- Untuk mengetahui bagaimana meningkatkan hasil belajar siswa pada materi Hidrokarbon melalui metode Pembelajaran Kooperatif Jigsaw di kelas X1 semester 2 di SMAN 1 Bonjol Kabupaten Pasaman.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat oleh berbagai pihak
antara lain:
1.
Bagi siswa, diharapkan dapat memberikan motivasi untuk
lebih mengembangkan kecerdasannya.
2.
Bagi guru, hasil penelitian diharapkan bermanfaat
sebagai salah satu alternatif pemilihan strategi pembelajaran dalam pelaksanaan
pembelajaran dikelas.
3.
Bagi sekolah, sebagai masukan untuk pengembangan sekolah.
4.
Bagi
peneliti, sebagai pedoman mengajar kimia di masa mendatang khususnya dalam
penerapan Pembelajaran Kooperatif Jigsaw.
BAB II
Kajian Teori dan Pustaka
A. Kajian Teori
1. Pembelajaran Kooperatif Jigsaw
a.
Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif adalah
salah satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan faham konstruktivis.
Pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pembelajaaran dengan cara siswa
belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya
terdiri dari empat sampai enam orang dengan struktur kelompok bersifat
heterogen. (Rusman, 2010)
Unsur-unsur dasar dalam
pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut :
- Siswa dalam kelompoknya haruslah beranggapan bahwa mereka sehidup sepenaggungan bersama.
- Siswa bertanggungjawab atas segala sesuatu didalam kelompoknya, seperti miliknya sendiri.
- Siswa haruslah melihat bahwa semua anggota didalam kelompoknya memiliki tujuan yang sama.
- siswa haruslah membagi tugas dan tanggungjawab yang sama di antara anggota kelompoknya.
- Siswa akan dikenakan evaluasi atau diberi hadiah/ penghargaan yang juga akan dikenakan untuk semua anggota kelompok.
- Siswa berbagi kepemimpinan dan mereka membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajarnya.
- Siswa diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.
Pembelajaran kooperatif turut menambah unsur-unsur interaksi sosial
pada pembelajaran sains. Di dalam pembelajaran kooperatif siswa belajar bersama
dalam kelompok-kelompok kecil yang saling membantu satu sama lain. Kelas
disusun dalam kelompok yang terdiri dari 4 atau 6 orang siswa, dengan kemampuan
yang heterogen. Maksud kelompok heterogen adalah terdiri dari campuran
kemampuan siswa, jenis kelamin, dan suku. Hal ini bermanfaat untuk melatih
siswa menerima perbedaan dan bekerja dengan teman yang berbeda latar
belakangnya.
Pada pembelajaran
kooperatif diajarkan keterampilan-keterampilan khusus agar dapat bekerja sama
dengan baik di dalam kelompoknya, seperti menjadi pendengar yang baik, siswa
diberi lembar kegiatan yang berisi pertanyaan atau tugas yang direncanakan
untuk diajarkan. Selama kerja kelompok, tugas anggota kelompok adalah mencapai
ketuntasan .
b.
Pengertian Pembelajaran Kooperatif Jigsaw
Pembelajaran kooperatif jigsaw adalah suatu tipe pembelajaran
kooperatif yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok yang
bertanggung jawab atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu mengarjarkan
bagian tersebut kepada anggota lain dalam kelompoknya.(Rusman, 2010)
Model pembelajaran
kooperatif Jigsaw merupakan model pembelajaran kooperatif, dengan siswa belajar
dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4–6 orang secara heterogen dan
bekerjasama saling ketergantungan yang positif dan bertanggung jawab atas
ketuntasan bagian materi pelajaran yang harus dipelajari dan menyampaikan
materi tersebut kepada anggota kelompok yang lain.
Jigsaw didesain untuk
meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan
juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya mempelajari materi yang
diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan dan mengajarkan materi
tersebut pada anggota kelompoknya yang lain. Dengan demikian, “siswa saling
tergantung satu dengan yang lain dan harus bekerja sama secara kooperatif untuk
mempelajari materi yang ditugaskan” . Para anggota dari tim-tim yang berbeda
dengan topik yang sama bertemu untuk diskusi (tim ahli) saling membantu satu
sama lain tentang topik pembelajaran yang ditugaskan kepada mereka. Kemudian
siswa-siswa itu kembali pada tim/kelompok asal untuk menjelaskan kepada anggota
kelompok yang lain tentang apa yang telah mereka pelajari sebelumnya pada
pertemuan tim ahli.
Pada model pembelajaran
kooperatif jigsaw, terdapat kelompok
asal dan kelompok ahli”. Kelompok asal, yaitu kelompok induk siswa yang
beranggotakan siswa dengan kemampuan, asal, dan latar belakang keluarga yang
beragam. Kelompok asal merupakan gabungan dari beberapa ahli. Kelompok ahli,
yaitu kelompok siswa yang terdiri dari anggota kelompok asal yang berbeda yang
ditugaskan untuk mempelajari dan mendalami topik tertentu dan menyelesaikan
tugas-tugas yang berhubungan dengan topiknya untuk kemudian dijelaskan kepada
anggota kelompok asal. Hubungan antara kelompok asal dan kelompok ahli
digambarkan sebagai berikut:
Kelompok Asal
1 2
3 4
|
|
1 2
3 4
|
|
1 2
3 4
|
|
1 2
3 4
|
|
|
|
|
|
|
|
1 1
1 1
|
|
2 2
2 2
|
|
3 3
3 3
|
|
4 4
4 4
|
Kelompok Ahli
Gambar 1 : Ilustrasi Kelompok
jigsaw
Para
anggota dari kelompok asal yang berbeda, bertemu dengan topik yang sama dalam
kelompok ahli untuk berdiskusi dan membahas materi yang ditugaskan pada
masing-masing anggota kelompok serta membantu satu sama lain untuk mempelajari
topik mereka tersebut. Setelah pembahasan selesai, para anggota kelompok
kemudian kembali pada kelompok asal dan mengajarkan pada teman sekelompoknya
apa yang telah mereka dapatkan pada saat pertemuan di kelompok ahli. Jigsaw
didesain selain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa secara mandiri
juga dituntut saling ketergantungan yang positif (saling memberi tahu) terhadap
teman sekelompoknya. Selanjutnya di akhir pembelajaran, siswa diberi kuis
secara individu yang mencakup topik materi yang telah dibahas. Kunci tipe
Jigsaw ini adalah interdependensi setiap siswa terhadap anggota tim yang
memberikan informasi yang diperlukan dengan tujuan agar dapat mengerjakan kuis
dengan baik.
c.
Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif
Jigsaw
Untuk pelaksanaan
pembelajaran kooperatif jigsaw menurut Stephen, Sikes dan Snapp (Rusman, 2010),
disusun langkah-langkah pokok
sebagai berikut:
- Siswa dikelompokkan kedalam 1 sampai 5 anggota tim
- Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang berbeda
- Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang ditugaskan
- Anggota dari tim yang berbeda ang telah mempelajari bagian sub bab yang sama bertemu dalam kelompok baru (kelompok ahli) untuk mendiskusikan sub bab mereka.
- Selesai diskusi sebagai tim ahli, tiap anggota kembali kekelompok asal dan bergantian mengajarkan teman satu tim mereka tenta sub bab ang mereka kuasai dan tiap anggota lainnya mendengarkan dengan seksama.
- Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi
- Guru memberi evaluasi.
- Penutup.
d.
Kelebihan dan Kelemahan Kooperatif
Jigsaw
1. Kelebihan
model pembelajaran kooperatif Jigsaw adalah:
a. Mempermudah pekerjaan guru dalam mengajar, karena
sudah ada kelompok ahli yang bertugas menjelaskan materi kepada rekan-rekannya.
b. Pemerataan penguasaan materi dapat dicapai dalam waktu
yang lebih singkat.
c. Metode pembelajaaran ini dapat melatih siswa untuk
lebih aktif dalam berbicara dan berpendapat.
2. Kelemahan
model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw adalah:
a. Siswa yang aktif akan lebih mendominasi diskusi dan
cenderung mengontrol jalannya diskusi.
b. Siswa yang memiliki kemampuan membaca dan berpikir renddah
akan mengalami kesulitan untuk menjelaskan materi apabila ditunjuk sebagai
tenaga ahli.
c. Siswa yang cerdas cenderung merasa bosan.
d. Siswa yang tidak terbiasa berkompetisi akan kesulitaan
mengikuti proses pembelajaran.
(Imas,
2015)
2. Hasil Belajar Materi Hidrokarbon
a. Pengertian Hasil Belajar
Keberhasilan suatu kegiatan belajar dapat dilihat dari
hasil belajar setelah mengikuti usaha belajar, hasil belajar merupakan dasar
yang digunakan untuk menentukan tingkat keberhasilan siswa menguasai suatu
materi pelajaran.
Hasil belajar adalah tingkat keberhasilan seseorang
dalam mengikuti pelajaran, yang telah dinyatakan dalam bentuk angka yang
diproleh dari proses evaluasi. Berdasarkan pendapat tersebut maka hasil belajar
merupakan prestasi dari kegiatan belajar sedangkan belajar lebih
menekankan pada proses kegiatan bukan
pada hasil belajarnya.
Manusia melakukan kegiatan belajar dengan bermacam
cara, sesuai dengan keadaan. Bila seseorang telah melakukan kegiatan belajar,
maka dalam dirinya akan terjadi perubahan-perubahan yang merupakan pernyataan
perbuatan belajar, perubahan tersebut disebut hasil belajar.
Berkaitan dengan hasil belajar yang diperoleh sebagai
hasil belajar,terdapat tiga tipe hasil belajar yaitu (1) tipe hasil belajar
bidang kognitif meliputi pengetahuan
,pemahama penerapan ,analisis sintesis dan evaluasi (2) tipe hasil belajar bidang afektif meliputi penerimaan , jawaban, penilaian,organisi
dan karakteristik nilai (3) tipe hasil
belajar bidang psikomotor meliputi tingkatan keterampilan (Sudjana,2004).
Berdasarkan pendapat diatas dapat diketahui bahwa yang
menjadi ukuran hasil belajar siswa adalah ranah kognitif ,afektif dan ranah
psikomotor. Semakin tinggi taraf tingkat yang dicapai maka akan menjadi baik
pula kualitas hasil belajar yang didapatkan.
Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa hasil
belajar adalah suatu faktor penentu penguasaan siswa terhadap apa-apa yang
disampaikan kepadanya dalam kegiatan belajar, dimana penguasaan itu dapat
berupa pengetahuan, sikap maupun keterampilan.
b. Materi Hidrokarbon
Hidrokarbon merupakan
kompetensi dasar pada Kurikulum Timgkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006 yang
terdiri dari beberapa indikator yaitu :
1.
Mengelompokkan senyawa hidrokarbon berdasarkan
kejenuhan ikatan
2.
Memberi nama senyawa alkana, alkena dan alkuna
3.
Menyimpulkan hubungan titik didih senyawa hidrokarbon
dengan massa molekul relative dan strukturnya.
4.
Menentukan isomer struktur ( kerangka, posisi, fungsi )
dan isomer geometri (cis, trans ).
5.
Menuliskan reaksi senyawa pada senyawa alkana, alkena
dan alkuna ( reaksi oksidasi, adisi, substitusi dan eliminasi).
B. Hasil Penelitian yang relevan
Penelitian
yang dilakukan oleh Sunardi Guru Sekolah Menegah Atas Negeri 1 Banjarnegara
tahun 2008/2009 yang berjudul Upaya peningkatan aktivitas dan hasil belajar kimia melalui pendekatan
pembelajaran kooperatif dengan metode Jigsaw bagi kelas X-1 semester genap
tahun 2008/2009.
Dimana
berdasarkan penelitian yang dilakukannya, bahwa dengan menggunakan pembelajaran
kooperatif jigsaw dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.
C. Kerangka Berpikir
Untuk meningkatkan hasil belajar siswa
dalam pelajaran kimia di SMA dengan harapan kimia merupakan pelajaran yang
ditunggu, diharapkan ,disukai bagi siswa dapat dilakukan melalui pembelajaran
kooperatif Jigsaw.
|
|||||||
Gambar 2. Kerangka Berpikir
D. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kepada perumusan masalah dan kajian teori yang dimunculkan maka hipotesis ini
dirumuskan sebagai berikut bahwa : Pembelajaran
Kooperatif jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam materi Hidrokarbon pada kelas X1 semester 2 di SMAN 1
Bonjol.
BAB III
Metodologi Penelitian
A.
Metode Penelitian
Metode penelitian yang dilaksanakan adalah
penelitian tindakan kelas (Classroom
action research) yaitu penelitian tindakan yang dilakukan untuk memperbaiki
mutu pembelajaran dikelas.
B.
Lokasi, Subjek dan Objek Penelitian
- Lokasi penelitian ini dilaksanakan di SMAN 1 Bonjol Jalan Koto Kaciak, Kumpulan Kecamatan Bonjol Kabupaten Pasaman Provinsi Sumatera Barat.
- Subjek penelitian adalah siswa kelas X1 SMAN 1 Bonjol yang mengikuti pembelajaran kimia pada semester 2 tahun pelajaran 2014/2015. Jumlah siswa pada kelas subjek sebanyak 32 orang dengan perincian 10 orang siswa laki-laki dan 22 orang siswa perempuan . Kemampuan akademis siswa rata-rata sama, dengan latar belakang ekonomi yang berbeda, orang tua mereka ada yang bertani, pedagang dan pegawai negeri.
- Objek Penelitian yang diamati selama penelitian adalah aktifitas dan hasil belajar siswa.
C. Prosedur Penelitian
1. Jadwal Pelaksanaan Penelitian
Penelitian
dilaksanakan pada semester 2 tahun pelajaran 2014/2015 di kelas X.1 SMAN 1
Bonjol dengan jumlah siswa 32 orang. Pokok materi yang dipelajari selama
penelitian berlangsung adalah Hidrokarbon yang dilaksanakan 12 jam pelajaran
(12 x 45 menit), 6 jam untuk siklus 1 dan 6 jam pada siklus 2. Dengan
melakukan 1 kali tes awal /pretes yang
dilakukan sebelum siklus dimulai untuk mengetahui keadaan awal siswa dan 2 kali
tes akhir (yang dilakukan diakhir tiap siklus). Selama penelitian berlangsung
dilaksanakan juga pengisisan angket observasi siswa terhadap pembelajaran kooperatif
Jigsaw tiap diakhir siklus.
Jadwal lengkap penelitian dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Jadwal Penelitian
No
|
KEGIATAN
|
WAKTU
PELAKSANAAN
|
|
1
|
Persiapan
Membuat proposal
|
Maret 2015
|
|
2
|
Pelaksanaan penelitian
-Pra siklus (melakukan pretes)
-Siklus I (3 x pertemuan)
-Siklus II ( 3 x
pertemuan)
|
9 Mei 2015
11, 12, 13 Mei 2015
18, 23, 25 Mei 2015
|
|
3
|
Penyusunan
Laporan
·
Menyusun
konsep laporan
·
Seminar
hasil penelitian
·
Perbaikan
laporan
·
Penggandaan
|
Juni
2015
|
2.
Refleksi Awal
a. Situasi Awal sebelum pelaksanaan siklus
Sebelum peneliti
melakukan penelitian diadakan kegiatan pra siklus. Kegiatan ini dilakukan pada
hari sabtu, tanggal 9 Mei 2015. Pertemuan ini memakan waktu 2 x 45 menit (90
menit). Kegiatan pra siklus ini dilakukan semata untuk mengetahui
kemampuan awal siswa pada materi Hidrokarbon.
Pada satu jam
pertama peneliti sebagai guru menjelaskan tentang materi Hidrokarbon. Pada satu
jam kemudian siswa diberi tes. Berdasarkan hasil pre tes didapatkan bahwa hasil
belajar siswa belum maksimal dikarenakan beberapa permasalahan dalam proses
pembelajaran diantaranya : aktifitas belajar siswa belum nampak karena masih
mendengarkan dari keterangan guru saja (teacher
center), siswa sering lupa mengingat konsep-konsep yang sudah dipelajari,
keberanian siswa mengajukan pertanyaan masih kurang, pemahaman materi yang
dipelajari belum mencapai standar kompetensi yang diharapkan.
b. Rencana Tindakan yang akan dilakukan
Agar permasalahan
yang ditemui dapat diminimalkan, peneliti merencanakan suatu tindakan yang akan
dilaksanakan pada tiap siklus yaitu
pembelajaran kooperatif Jigsaw.
3.
Siklus
Kegiatan yang
dilaksanakan berupa siklus yang dimulai dari aspek perencanaan, melakukan tindakan
sesuai dengan rencana yang
telah dibuat, melakukan pengamatan
bersama dengan pelaksanaan tindakan dan melakukan refleksi untuk memproses data
yang didapat pada saat dilakukan pengamatan (observasi). Penelitian dilaksanakan dalam dua siklus, tiap siklus menggunakan pembelajaran
Kooperatif Jigsaw pada materi Hidrokarbon di kelas X1.
Siklus I
|
Perencanaan tindakan
|
·
Mengajukan
surat izin penelitian
·
Menyusun
jadwal penelitian
·
Menganalisis
Sk/KD pada materi Hidrokarbon
·
Mempersiapkan
Silabus dan RPP
·
Menyusun
LKS
·
Menyiapkan
format lembar observasi
·
Menyiapkan instrumen penelitian
·
Menyusun
Kisi-kisi soal tes akhir
·
Menyusun soal tes akhir siklus 1
|
|
Pelaksanaan Tindakan
|
Melaksanakan tindakan pembelajaran sesuai dengan
skenario
A.Kegiatan Pra pembelajaran
·
Guru menyiapkan bahan ajar sesuai
Kompetensi dasar yang akan dibahas.
·
Guru mengambil absensi
·
Guru menyiapkan lembaran kerja kelompok
B.Kegiatan Awal
·
Menjelasan tentang SK dan KD yang akan
dibahas,
·
Guru membagi kelompok asal yang terdiri 4orang dengan kemampuan yang berbeda
menjadi 8 kelompok.
C.Kegiatan Inti.
·
Siswa yang mempunyai nomor yang sama(materi
yang sama) berkumpul berdiskusi untuk menguasai
materi yang ditugaskan kepada mereka,dan menyusun strategi untuk menyampaikan
kepada temannya kelompok ini disebut kelompok ahli
·
Siswa
ahli tiap topik kembali kedalam kelompok asal dan menerangkan kepada siswa
pada kelompok asalnya dengan cara yang
bergantian
(Kelompok asal ini yang disebut kelompok
Jigsaw)
·
Masing-masing
kelompok ahli mempresentasikan hasil yang diperolehnya.
·
Diskusi
kelompok
·
Siswa memperoleh kuis individu
yang mencakup semua topik.
C Kegiatan Akhir
·
Penghitungan skor kelompok
·
Guru memberikan reward pada kelompok yang
berhasil dengan nilai yang baik dan memotivasi kelompok yang nilai masih dibawah
ketuntasan minimal(KKM).
·
Memberikan
tugas baca untuk materi selanjutnya.
|
|
Tindakan pengamatan
|
Selama kegiatan dilakukan, Kolaborator mengamati
kegiatan kegiatan yang dilakukan siswa
dengan guru baik yang positif maupun yang negatif. Catatan kolaborator
dari hasil pengamatan akan didiskusikan agar solusi yang tepat dan ditemui
sebagai perbaikan untuk siklus berikutnya.
|
|
Refleksi
|
Menganalisis
hasil pengamatan untuk memproleh gambaran atau hasil yang dicapai dari
tindakan yang dilakukan,yang dijadikan dasar untuk menyusun rencana tindakan
pada siklus berikutnya sampai mencapai target yang ditentukan.
|
Siklus II
|
Dilaksanakan
|
berdasarkan
hasil refleksi silkus I
|
D. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian
·
Teknik
Pengumpulan Data :
Data tentang hasil belajar
siswa dikumpulkan dengan menggunakan tes hasil belajar diakhir tiap siklus.
·
Instrumen
Penelitian
a.
Instrumen
yang digunakan untuk mengumpulkan data hasil belajar siswa adalah dalam bentuk
tes pilihan ganda yang diberikan tiap akhir siklus.
b.
Lembar
Observasi untuk mengecek kegiatan siswa dengan guru yang dilakukan
berdasarkan indikator yang ditentukan sebelumnya.
E.
Teknik Analisis Data dan Kriteria Keberhasilan
·
Teknik
Analisis Data
Data hasil belajar siswa dianalisis secara deskripsi yaitu
dengan mengunakan nilai rata-rata kelas.
·
Kriteria
keberhasilan
1.
Nilai
tes hasil belajar rata-rata kelas pada akhir siklus minimal 75 (KKM)
2.
Persentase
siswa yang telah mencapai ketuntasan secara klasikal pada akhir siklus minimal
75%
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.
Deskripsi Kondisi Awal (Pra Siklus)
Sebelum
peneliti melakukan penelitian diadakan kegiatan pra siklus yang dilakukan hanya
untuk mengetahui kemampuan awal siswa sebelum dilakukan tindakan yang
direncanakan. Salah satu permasalahan yang ditemui dikelas yang diteliti
sebelum tindakan dilaksanakan adalah rendahnya hasil belajar siswa dilihat dari
pre tes yang dilakukan sebelum siklus I.
Data tentang
hasil belajar siswa pra siklus diperoleh
dengan melaksanakan tes tertulis yang diikuti oleh 32 orang siswa dengan jumlah
soal sebanyak 10 buah berbentuk pilihan ganda. Data ini digunakan untuk
mengetahui keadaan awal siswa terhadap materi Hidrokarbon. Hasil pre tes sebelum tindakan pada
siklus dilaksanakan dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Hasil pretes materi Hidrokarbon pada pra siklus
NO.
|
NAMA
|
SKOR
|
NILAI
|
KET
|
|
1
|
ABI
ZULIAN FERDANSYAH
|
6
|
60
|
TT
|
|
2
|
ADILLA
KURNIA SYADTARI
|
4
|
40
|
TT
|
|
3
|
AMIRUL
AZHAR
|
9
|
90
|
T
|
|
4
|
ANISA
KHAIRANI
|
10
|
100
|
T
|
|
5
|
ANNISAQ
UL HUSNA
|
5
|
50
|
TT
|
|
6
|
APRINUR
WAHID
|
7
|
70
|
TT
|
|
7
|
BALMA
AL PARISI
|
6
|
60
|
TT
|
|
8
|
DEBY
YONITA
|
3
|
30
|
TT
|
|
9
|
DELA
KARLIZA
|
6
|
60
|
TT
|
|
10
|
DESMITA
|
5
|
50
|
TT
|
|
11
|
DIANA
PUTRI ASMI
|
6
|
60
|
TT
|
|
12
|
DWI
FANI ERIZA
|
8
|
80
|
T
|
|
13
|
ELFINA
FIRMAN
|
6
|
60
|
TT
|
|
14
|
ERIFMI
ZAHADA
|
7
|
70
|
TT
|
|
15
|
FADEL
M. AZHARI
|
6
|
60
|
TT
|
|
16
|
FERNINDY
INTAN PUTRI
|
8
|
80
|
T
|
|
17
|
GUSRI
ANGGUN
|
5
|
50
|
TT
|
|
18
|
GUSRIKA
YOLANDA
|
8
|
80
|
T
|
|
19
|
ILHAM
HIDAYAT ALNE
|
7
|
70
|
TT
|
|
20
|
INDRI
RAHMAT NELANDI
|
8
|
80
|
T
|
|
21
|
MEGA
PUTRI
|
7
|
70
|
TT
|
|
22
|
MUHAMMAD
AZMAN
|
8
|
80
|
T
|
|
23
|
RATIH
ELIA NOVA
|
6
|
60
|
TT
|
|
24
|
RAY
HENDRYAN
|
10
|
100
|
T
|
|
25
|
RESKI
MEISISRI
|
6
|
60
|
TT
|
|
26
|
RISA
HARDIES
|
8
|
80
|
T
|
|
27
|
RISKA
MADANI
|
4
|
40
|
TT
|
|
28
|
SISI
DENDRA
|
5
|
50
|
TT
|
|
29
|
THEO
MARCEL
|
6
|
60
|
TT
|
|
30
|
VANESSA
AMAYURA
|
5
|
50
|
TT
|
|
31
|
VIKI
PRATAMA
|
7
|
70
|
TT
|
|
32
|
YOLA
SUSANA
|
4
|
40
|
TT
|
|
|
RATA-RATA
|
|
64,375
|
|
|
T
|
TUNTAS
|
9
|
|
|
|
TT
|
TIDAK TUNTAS
|
23
|
|
|
|
|
|
32
|
|
|
|
% T
|
28,125
|
Dari Tabel 2 dapat dilihat
bahwa, dari 32 orang siswa, baru 9 orang
siswa yang sudah tuntas bernilai diatas
KKM, dan sebanyak 23 orang siswa masih belum tuntas bernilai dibawah KKM.
Persentase siswa yang sudah tuntas jauh dibawah 75 %, yaitu 28,125 % dengan rata-rata nilai siswa
pada pra siklus adalah 64,375.
B.
Deskripsi Hasil Tindakan Siklus I
- Perencanaan
Berdasarkan hasil
pre tes didapatkan bahwa hasil belajar siswa belum maksimal dikarenakan
beberapa permasalahan dalam proses pembelajaran diantaranya aktivitas belajar
siswa belum nampak karena masih mendengarkan dari keterangan guru saja (teacher center), pemahaman materi yang
dipelajari belum mencapai standar kompetensi yang diharapkan. Untuk itu
peneliti merencanakan suatu tindakan yang akan dilaksanakan pada silkus I yaitu
menerapakan pembelajaran kooperatif Jigsaw.
- PelaksanaanTindakan
Tahap ini
merupakan pelaksanaan dari RPP yang sudah didesain mengikuti model pembelajaran
kooperatif Jigsaw sesuai dengan rencana
yang telah dibuat. Tindakan pada siklus I.
Pendahuluan:
·
Mengambil absen siswa
dan memeriksa kesiapan siswa untuk
mengikuti pembelajaran.
·
Guru menyiapkan
lembaran kerja kelompok
·
Menjelasan tentang SK
dan KD yang akan dibahas,
·
Menuliskan/menyebutkan
judul dan tujuan pembelajaran
·
Guru menyampaikan
skenario pembelajaran kooperatif jigsaw untuk materi hidrokarbon.
Kegiatan Inti :
·
Guru
membagi kelompok secara heterogen menjadi 8 kelompok
·
Siswa diminta mencabut lot untuk menentukan
materi mana yang harus dikuasainya (terdiri dari 4 sub materi)
·
Siswa yang mempunyai nomor yang sama (materi
yang sama) berkumpul, berdiskusi untuk menguasai materi yang ditugaskan kepada
mereka untuk menyampaikan kepada
temannya ( kelompok ini disebut kelompok ahli).
·
Siswa ahli tiap topik kembali kedalam kelompok
asal dan menerangkan kepada siswa pada
kelompok asalnya dengan cara yang bergantian.
·
Tim ahli mempresentasikan hasil diskusinya.
·
Ditanggapi oleh tim yang lain.
·
Siswa memperoleh kuis individu yang mencakup
semua topik.
Kegiatan Akhir (penutup)
·
Penghitungan skor kelompok
·
Guru memberikan reward pada kelompok yang
berhasil dengan nilai yang baik dan memotivasi kelompok yang nilai masih
dibawah ketuntasan minimal(KKM).
·
Memberikan tugas baca materi untuk pertemuan
selanjutnya.
Diakhir siklus diberikan tes
akhir, berupa soal pilihan berganda sebanyak 10 butir soal.
- Tindakan Pengamatan
Pada pengamatan
ini dilakukan oleh observer berupa pengamatan terhadap aktivitas siswa dengan
butir lembaran observasi. Pengamat melaporkan apa yang dilakukan siswa dan guru
selama proses berlangsung.
·
Kemampuan
guru dalam mengorganisasikan siswa masih perlu perbaikan kerena siswa masih
lalai sehingga waktu kurang efisien.
·
Pada
saat siswa mempelajari topik mereka masing-masing, beberapa siswa bertanya
kepada guru seharusnya mereka berdiskusi
dengan anggota kelompok.
·
Aktivitas
siswa yang diamati oleh observer pada kelompok ahli dan kelompok asal dapat
dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Lembar Observasi Siswa pada Siklus I
no
|
Kegiatan
|
Pertemuan
|
|||
1
|
2
|
3
|
|||
1
|
Respons siswa pada saat guru
menerangkan.
|
C
|
B
|
B
|
|
2
|
Ketertarikan siswa terhadap materi
pembelajaran
|
C
|
C
|
B
|
|
3
|
Interaksi antara guru dengan siswa pada
saat pembelajaran berlangsung
|
C
|
C
|
C
|
|
4
|
Interaksi antara siswa pada saat
pembelajaran berlangsung.
|
C
|
C
|
C
|
|
5
|
Keaktifan siswa dalam diskusi/ kerja
sama.
|
C
|
C
|
B
|
|
6
|
Keterlibatan siswa dalam penggunaan
media pembelajaran.
|
C
|
C
|
C
|
|
keterangan:
|
|||||
B= baik
|
|||||
C= cukup
|
|||||
K= kurang
|
Pada Tabel 3.
Aktivitas siswa yang semua
baik (B) belum terlihat, rata-rata semua masih dalam katagori cukup (C). Pada
pertemua siklus I ini masih banyak siswa yang tidak melakukan diskusi, mereka
asyik membaca lembar ahli sendiri-sendiri, masih didapati siswa yang bercanda
dalam berdiskusi, alokasi waktu yang disediakan belum terpenuhi secara optimal,
pada saat menerangkan ke anggota kelompok setelah kembali kekelompok asal,
masih ditemui siswa yang belum bisa menerangkan topik yang menjadi tanggung
jawabnya. Dan ketika mempresentasikan hasil dari kelompok ahli ada beberapa
kelompok ahli yang belum lancar mempresentasikannya. Secara umum aktifitas
siswa belum sesuai yang diharapkan.
Data tentang
hasil belajar siswa setelah siklus I diperoleh dengan melaksanakan tes tertulis
yang diikuti oleh 32 orang siswa dengan jumlah soal sebanyak 10 buah berbentuk
pilihan ganda. Data ini digunakan untuk mengetahui tingkat penguasaan siswa
terhadap materi hidrokarbon yang telah dipelajari selama siklus I. Hasil tes akhir silkus I dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Hasil Tes Akhir Siklus I
NO.
|
NAMA
|
SKOR
|
NILAI
|
KET
|
|
1
|
ABI
ZULIAN FERDANSYAH
|
6
|
60
|
TT
|
|
2
|
ADILLA
KURNIA SYADTARI
|
8
|
80
|
T
|
|
3
|
AMIRUL
AZHAR
|
9
|
90
|
T
|
|
4
|
ANISA
KHAIRANI
|
9
|
90
|
T
|
|
5
|
ANNISAQ
UL HUSNA
|
8
|
80
|
T
|
|
6
|
APRINUR
WAHID
|
8
|
80
|
T
|
|
7
|
BALMA
AL PARISI
|
8
|
80
|
T
|
|
8
|
DEBY
YONITA
|
8
|
80
|
T
|
|
9
|
DELA
KARLIZA
|
6
|
60
|
TT
|
|
10
|
DESMITA
|
5
|
50
|
TT
|
|
11
|
DIANA
PUTRI ASMI
|
8
|
80
|
T
|
|
12
|
DWI
FANI ERIZA
|
9
|
90
|
T
|
|
13
|
ELFINA
FIRMAN
|
9
|
90
|
T
|
|
14
|
ERIFMI
ZAHADA
|
4
|
40
|
TT
|
|
15
|
FADEL
M. AZHARI
|
8
|
80
|
T
|
|
16
|
FERNINDY
INTAN PUTRI
|
8
|
80
|
T
|
|
17
|
GUSRI
ANGGUN
|
5
|
50
|
TT
|
|
18
|
GUSRIKA
YOLANDA
|
8
|
80
|
T
|
|
19
|
ILHAM
HIDAYAT ALNE
|
8
|
80
|
T
|
|
20
|
INDRI
RAHMAT NELANDI
|
8
|
80
|
T
|
|
21
|
MEGA
PUTRI
|
8
|
80
|
T
|
|
22
|
MUHAMMAD
AZMAN
|
6
|
60
|
TT
|
|
23
|
RATIH
ELIA NOVA
|
8
|
80
|
T
|
|
24
|
RAY
HENDRYAN
|
9
|
90
|
T
|
|
25
|
RESKI
MEISISRI
|
8
|
80
|
T
|
|
26
|
RISA
HARDIES
|
8
|
80
|
T
|
|
27
|
RISKA
MADANI
|
8
|
80
|
T
|
|
28
|
SISI
DENDRA
|
6
|
60
|
TT
|
|
29
|
THEO
MARCEL
|
8
|
80
|
T
|
|
30
|
VANESSA
AMAYURA
|
6
|
60
|
TT
|
|
31
|
VIKI
PRATAMA
|
5
|
50
|
TT
|
|
32
|
YOLA
SUSANA
|
6
|
60
|
TT
|
|
|
RATA-RATA
|
|
73,75
|
|
|
T
|
TUNTAS
|
22
|
|
|
|
TT
|
TIDAK TUNTAS
|
10
|
|
|
|
|
|
32
|
|
|
|
% T
|
68,75
|
Dari Tabel 4 dapat
dilihat bahwa, dari 32 orang siswa, 22 siswa sudah bernilai diatas KKM yaitu 75, sisanya 10 orang masih
bernilai dibawah KKM. Persentase siswa yang sudah tuntas masih dibawah 75
%, yaitu 68,75 % dengan rata-rata nilai
siswa pada siklus I adalah 73,75.
Setelah tindakan
pada siklus I dilaksanakan nilai rata-rata siswa meningkat menjadi 73,75 . Persentase siswa yang tuntas belajar adalah
68,75%. Peningkatan nilai rata-rata siswa dimungkinkan terjadi karena secara
beransur-ansur siswa sudah mulai terlibat secara langsung bekerja karena
masing-masing memiliki tugas untuk memahami materi masing-masing sebelum mereka
membaginya dengan teman-teman satu kelompok asal. Sebagian dari mereka juga
sudah mau bertanya jika ada materi yang tidak mereka pahami. Diharapkan dengan
memelihara rasa ingin tahu dari siswa,pemahaman mereka terhadap materi yang
dipelajari akan lebih baik, sehingga diharapkan berimbas pada peningkatan hasil
belajar.
- Refleksi
Dengan
memperhatikan data observasi dan tes hasil belajar serta pengamatan terhadap siswa kelas X.1 diperoleh hal-hal
sebagai berikut :
·
Presentase
rata-rata aktivitas yang termasuk partisipasi aktif (baik) belum banyak sekitar
(22,22%) dan aktifitas siswa masih dalam kategori cukup (77,78%)
·
nilai
hasil belajar tes akhir siklus 1 yang tuntas adalah 68,75 %
dengan rata-rata 73,75
·
Sesuai
dengan indikator keberhasilan peningkatan hasil belajar yang ditetapkan pada
penelitian ini yaitu 75% siswa sudah tuntas belajar belum tercapai, maka
dikatakan tindakan yang yang diberlakukan pada siklus I belum menyelesaikan
permasalahan dikelas yang diteliti. Perlu dilakukan tindakan lanjutan dengan
memperbaiki hal-hal yang masih belum berjalan menurut sepertinya.
·
Kemampuan
memberikan saran, gagasan, memperhatikan teman menerangkan, memberikan
tanggapan terhadap pertanyaan dan
kemampuan memahami materi perlu ditingkatkan. Maka langkah pembelajaran pada
siklus II akan sedikit dirubah yaitu dengan memberikan bahan ajar untuk
membantu siswa menjawab LKS dan lebih mengefektifkan waktu.
C.
Deskripsi Hasil Tindakan Siklus II
- Perencanaan
Siklus dua ini dilakukan karena aktivitas dan hasil belajar
siswa masih rendah pada siklus pertama. Seperti halnya pada siklus I, pada
siklus II ini dihasilkan perangkat pembelajaran berupa RPP, Bahan ajar, LKS,
kuis dengan Hidrokarbon. Untuk angket pengamatan yang digunakan pada
siklus II ini masih sama dengan siklus I.
b.
PelaksanaanTindakan
Tahap ini
merupakan pelaksanaan dari RPP yang sudah didesain mengikuti model pembelajaran
kooperatif Jigsaw sesuai dengan rencana
yang telah dibuat dan tindakan pada siklus II.
Pendahuluan:
·
Mengambil absen siswa
dan memeriksa kesiapan siswa untuk
mengikuti pembelajaran.
·
Guru menyiapkan
lembaran kerja kelompok
·
Menjelasan tentang SK
dan KD yang akan dibahas,
·
Menuliskan/menyebutkan
judul dan tujuan pembelajaran
·
Guru menyampaikan
skenario pembelajaran kooperatif jigsaw untuk materi hidrokarbon.
Kegiatan Inti :
·
Guru
membagi kelompok secara heterogen menjadi 8 kelompok
·
Siswa diminta mencabut lot untuk menentukan
materi mana yang harus dikuasainya (terdiri dari 4 sub materi)
·
Siswa yang mempunyai nomor yang sama (materi
yang sama) berkumpul, berdiskusi untuk menguasai materi yang ditugaskan kepada
mereka untuk menyampaikan kepada
temannya (kelompok ini disebut
kelompok ahli).
·
Siswa ahli tiap topik kembali kedalam kelompok
asal dan menerangkan kepada siswa pada
kelompok asalnya dengan cara yang bergantian.
·
Tim ahli mempresentasikan hasil diskusinya.
·
Ditanggapi oleh tim yang lain.
·
Siswa memperoleh kuis individu yang mencakup
semua topik.
Kegiatan Akhir (penutup)
·
Penghitungan skor kelompok
·
Guru memberikan reward pada kelompok yang
berhasil dengan nilai yang baik dan memotivasi kelompok yang nilai masih
dibawah ketuntasan minimal(KKM).
·
Memberikan tugas baca materi untuk pertemuan
selanjutnya.
Diakhir siklus II diberikan
tes akhir, berupa soal pilihan berganda sebanyak 10 butir soal.
- Tindakan Pengamatan
Pada pengamatan
ini dilakukan oleh observer berupa pengamatan terhadap aktivitas siswa dengan
butir lembaran observasi. Pengamat melaporkan apa yang dilakukan siswa dan guru
selama proses berlangsung.
·
Kemampuan
guru dalam mengorganisasikan siswa sudah baik kerena pengunaan waktu sudah
efisien.
·
Pada
saat siswa mempelajari topik mereka masing-masing, beberapa mereka sudah berdiskusi dengan anggota kelompoknya.
·
Aktivitas
yang diamati pada kelompok ahli dan kelompok asal dapat dilihat pada Tabel 5. yang
berisi lembaran observasi siswa yang diamati oleh observer.
Tabel 5. Lembar Observasi Siswa pada Siklus II
No
|
Kegiatan
|
Pertemuan
|
|||
1
|
2
|
3
|
|||
1
|
Respons siswa pada saat guru
menerangkan.
|
B
|
B
|
B
|
|
2
|
Ketertarikan siswa terhadap materi
pembelajaran
|
C
|
B
|
B
|
|
3
|
Interaksi antara guru dengan siswa pada
saat pembelajaran berlangsung
|
B
|
B
|
B
|
|
4
|
Interaksi antara siswa pada saat pembelajaran
berlangsung.
|
C
|
B
|
B
|
|
5
|
Keaktifan siswa dalam diskusi/ kerja
sama.
|
B
|
B
|
B
|
|
6
|
Keterlibatan siswa dalam penggunaan
media pembelajaran.
|
C
|
C
|
B
|
|
keterangan:
|
|||||
B= baik
|
|||||
C= cukup
|
|||||
K= kurang
|
Pada Tabel 5.
Aktifitas siswa yang semua baik (B) sudah banyak terlihat, walaupun masih ada
aktifitas yang dalam katagori cukup (C). Pada pertemua siklus II ini masih
sudah banyak siswa yang melakukan diskusi, mereka berdiskusi denga anggota
kelompok ahli utuk menyelesaikan lembar
kerja dalam kelompok, alokasi waktu yang disediakan sudah terpenuhi, siswa sudah mampu menerangkan
topik yang menjadi tanggung jawabnya ketika kembali ke kelompok asal. Dan
mereka sudah mampu ketika mempresentasikan hasil dari kelompok ahli. Secara
umum aktifitas siswa sudah sesuai yang diharapkan.
Data tentang
hasil belajar siswa setelah siklus II dilaksanakan diperoleh dengan mengadakan
tes tertulis yang diikuti oleh 32 siswa dengan jumlah soal 10 buah berbentuk
pilihan ganda. Data ini digunakan untuk mengetahui tingkat penguasaan siswa
terhadap materi hidrokarbon yang telah dipelajari selama siklus II dan
peningkatan dibandingkan dengan siklus I. Hasil tes akhir siklus II dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Hasil Tes Akhir Silkus II
NO.
|
NAMA
|
SKOR
|
NILAI
|
KET
|
|
1
|
ABI
ZULIAN FERDANSYAH
|
8
|
80
|
T
|
|
2
|
ADILLA
KURNIA SYADTARI
|
9
|
90
|
T
|
|
3
|
AMIRUL
AZHAR
|
10
|
100
|
T
|
|
4
|
ANISA
KHAIRANI
|
10
|
100
|
T
|
|
5
|
ANNISAQ
UL HUSNA
|
9
|
90
|
T
|
|
6
|
APRINUR
WAHID
|
8
|
80
|
T
|
|
7
|
BALMA
AL PARISI
|
9
|
90
|
T
|
|
8
|
DEBY
YONITA
|
9
|
90
|
T
|
|
9
|
DELA
KARLIZA
|
7
|
70
|
TT
|
|
10
|
DESMITA
|
7
|
70
|
TT
|
|
11
|
DIANA
PUTRI ASMI
|
8
|
80
|
T
|
|
12
|
DWI
FANI ERIZA
|
10
|
100
|
T
|
|
13
|
ELFINA
FIRMAN
|
9
|
90
|
T
|
|
14
|
ERIFMI
ZAHADA
|
6
|
60
|
TT
|
|
15
|
FADEL
M. AZHARI
|
8
|
80
|
T
|
|
16
|
FERNINDY
INTAN PUTRI
|
9
|
90
|
T
|
|
17
|
GUSRI
ANGGUN
|
7
|
70
|
TT
|
|
18
|
GUSRIKA
YOLANDA
|
8
|
80
|
T
|
|
19
|
ILHAM
HIDAYAT ALNE
|
8
|
80
|
T
|
|
20
|
INDRI
RAHMAT NELANDI
|
8
|
80
|
T
|
|
21
|
MEGA
PUTRI
|
8
|
80
|
T
|
|
22
|
MUHAMMAD
AZMAN
|
8
|
80
|
T
|
|
23
|
RATIH
ELIA NOVA
|
8
|
80
|
T
|
|
24
|
RAY
HENDRYAN
|
9
|
90
|
T
|
|
25
|
RESKI
MEISISRI
|
10
|
100
|
T
|
|
26
|
RISA
HARDIES
|
7
|
70
|
TT
|
|
27
|
RISKA
MADANI
|
8
|
80
|
T
|
|
28
|
SISI
DENDRA
|
6
|
60
|
TT
|
|
29
|
THEO
MARCEL
|
8
|
80
|
T
|
|
30
|
VANESSA
AMAYURA
|
7
|
70
|
TT
|
|
31
|
VIKI
PRATAMA
|
8
|
80
|
T
|
|
32
|
YOLA
SUSANA
|
8
|
80
|
T
|
|
|
RATA-RATA
|
|
81,875
|
|
|
T
|
TUNTAS
|
25
|
|
|
|
TT
|
TIDAK TUNTAS
|
7
|
|
|
|
|
|
32
|
|
|
|
% T
|
78,125
|
Dari Tabel 6 dapat
dilihat bahwa dari 32 orang siswa, 25 orang siswa sudah bernilai diatas KKM,
sisanya 7 orang masih bernilai dibawah KKM. Persentase siswa yang sudah tuntas
78,125% yang artinya sudah diatas KKM ideal 75%. Rata-rata nilai tes akhir
belajar siswa pada silkus II adalah 81,875.
Persentase
siswa yang nilainya diatas KKM mengalami kenaikan sebesar 12 % dan nilai rata-rata
siswa meningkat sebesar 8,13%
dari 73,75 pada siklus I menjadi 81,875 pada siklus II. Pada akhir siklus II
dari 32 siswa yang mengikuti tes,78,125% siswa sudah tuntas belajar. Rata-rata
nilai siswa 81,875. Ketuntasan belajar siswa sudah melebihi ketuntasan minimal
75%.
Hasil belajar
yang diperoleh pada siklus II dimungkinkan terjadi karena memang pada tiap
pertemuan kesungguhan siswa dalam belajar sudah terlihat. Siswa sudah mulai
terbiasa bertanya jika ada bagian-bagian yang belum mereka pahami. Mereka juga
tidak takut lagi untuk mengeluarkan pendapat dan mempresentasikan hasil yang
mereka dapatkan pada saat dalam kelompok ahli.
- Refleksi
Berdasarkan hasil
penelitian yang diuraikan diatas, maka dapat disimpulkan tindakan pada siklus
II dapat meningkatkan aktivitas siswa
terlihat dari data bahwa 77,78 % aktifitas
siswa sudah dalam kategori baik dan kemampuan siswa untuk memahami materi
terlihat dari tes hasil belajar diakhir siklus memperoleh nilai rata-rata
81,875 dengan 78,125% siswa sudah tuntas .
Sesuai dengan
indikator keberhasilan peningkatan hasil belajar yang ditetapkan pada
penelitian ini yaitu sekurang-kurangnya 75% siswa sudah tuntas belajar sudah
tercapai, maka dapat dikatakan bahwa tindakan yang dilaksanakan pada siklus II
sudah dapat menyelesaikan permasalahan dikelas yang diteliti.
Berdasarkan hasil
yang diperoleh disiklus I dan II, penerapan pembelajaran kooperatif Jigsaw
telah dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa, serta telah berhasil meminimalkan
permasalah-permasalahn yang terjadi pada kelas yang diteliti. Untuk itu tidak
diperlukan lagi tindakan lanjutan dan penelitian dapat dihentikan.
D.
Deskripsi Peningkatan Hasil Penelitian
dari Siklus I ke Siklus II
Untuk melihat peningkatan hasil belajar
siswa pada tiap siklus, hasil evaluasi belajar yang dilaksanakan pada akhir
siklus I dan siklus II dianalisis. Perbandingan
hasil analisis kedua siklus dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7.
Persentase Ketuntasan Hasil Belajar Siswa pada Siklus I dan Siklus II.
No
|
Tuntas
|
Tidak tuntas
|
keterangan
|
||
F
|
%
|
F
|
%
|
||
1
|
22
|
68,75
|
10
|
31,25
|
Siklus I
|
2
|
25
|
78,125
|
7
|
21,875
|
Siklus II
|
Dari hasil analisis evaluasi belajar
setelah siklus I dan siklus II dilaksanakan terlihat bahwa terjadi peningkatan
banyaknya siswa yang sudah mencapai nilai diatas KKM yang ditetapkan yaitu dari
22 orang (68,75%) pada siklus I menjadi 25 orang (78,125%) pada akhir siklus II
atau mengalami kenaikan sekitar 9,38%. Nilai rata-rata siswa juga mengalami
kenaikan dari 73,75 pada akhir siklus I menjadi 81,875 pada akhir siklus II atau mengalami
kenaikan rata-rata sebesar 8,13%. Pelaksanaan tindakan pada siklus I dan siklus II sudah berhasil
meningkatkan persentase siswa yang sudah mencapai KKM. Kenaikan persentase
ketuntasan hasil belajar siswa dari siklus I ke siklus II dapat dilihat pada
grafik 1.
Grafik
1. Persentase Ketuntasan Hasil Belajar Siswa per siklus.
E.
Pembahasan Hasil Penelitian
Hidrokarbon merupakan salah satu materi
Kimia kelas X. Untuk bisa memahaminya, siswa dituntut untuk mampu memahami
konsep dasar yang abstrak. Karena sifatnya yang abstrak banyak siswa yang tidak
menyenangi pelajaran kimia. Banyak siswa yang menganggap kimia itu mata
pelajaran yang kurang menarik, sulit dan menakutkan. Hal ini berdampak
rendahnya hasil belajar yang diharapkan.
Salah satu permasalah yang ditemui dikelas
yang diteliti sebelum tindakan didlaksanankan adalah rendahnya hasil belajar
siswa. dilihat dari hasil pretes yang dilaksanakan rata-rata hasil belajar
siswa adalah 64,375. Hasil ini masih
dibawah KKM yaitu 75.
Setelah tindakan pada siklus I
dilaksanakan nilai rata-rata siswa meningkat menjadi 73,75. Persentase siswa yang tuntas 68,75
%. peningkatan nilai
rata-rata siswa dimungkinkan terjadi karena secara beransur-ansur siswa sudah
mulai terlihat secara langsung dalam proses pembelajaran kooperatif jigsaw.
Sebagian dari mereka juga sudah mau bertanya jika ada materi yang tidak mereka
pahami. Pembelajaran kooperatif jigsaw berhasil memelihara rasa ingin tahu dari
siswa sehingga pemahaman mereka terhadap materi yang dipelajari akan lebih baik
dan berimbas pada peningkatan hasil belajar. Tapi belum mencapai batas KKM yang
ditetapkan yaitu 75%. Untuk itu dilanjukkan tindakan pada siklus II.
Pada akhir siklus II, dari 32 orang siswa
yang mengikuti tes, sebanyak 78,125% siswa sudah
tuntas belajar. Dengan rata-rata nilai siswa adalah 81,875. Ketuntasan siswa sudah mencapai diatas ketuntasan
minimal yaitu 75 %. Hasil
belajar yang diperoleh pada siklus II dimungkinkan terjadi karena memang pada
tiap pertemuan kesungguhan siswa dalam belajar sudah terlihat. Siswa sudah
mulai terbiasa bertanya jika ada bagian-bagian yang belum mereka pahami. Mereka
juga sudah tidka takut lagi untuk mengeluarkan pendapat.
Peningkatan hasil belajar terjadi
dimungkinkan terjadi karena pelaksanaan pembelajaran memberikan kesempatan
lebih banyak kepada siswa untuk aktif secara fisik, mental dan emosional melalui kegiatan
kerja kelompok dimana mereka masuk kedalam kelompok ahli dan mempunyai tanggung
jawab menerangkan kepada
temannya setelah kembali ke kelompok asal dan pada saat presentasi kelompok
serta pada saat mereka menjawab soal kuis tiap akhir pertemuan membuat siswa
lebih memahami materi yang dipelajari.
Penerapan pembelajaran kooperatif jigsaw
dapat meningkatkan hasil belajar siswa juga disebabkan karena dalam
pelaksanaannya kegiatan pembelajaran ini memberikan kesempatan yang banyak
kepada siswa untuk aktif secara fisik, mental dan emosional melalui kegiatan kelompok,
dimana masing-masing siswa mempunyai tanggung jawab sendiri memahami materi
yang telah diberikan dan berkewajiban untuk membagikan kembali kepada anggota
kelompoknya setelah dari kelompok ahli.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
- Simpulan
Berdasarkan
analisis dari data yang diperoleh setelah tindakan dilakukan dapat disimpulkan
bahwa :
1. Penerapan pembelajaran kooperatif jigsaw
dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi Hidrokarbon di kelas X.1 SMAN 1 Bonjol semester 2.
2. Proses pembelajaran kooperatif jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar siswa
pada materi Hidrokarbon di kelas X.1
SMAN 1 Bonjol semester 2 karena menyebabkan aktivitas siswa dalam pembelajaran
mengalami peningkatan, siswa lebih aktif baik secara fisik, mental dan
emosional sehingga hasil belajar pun meningkat.
- Saran
Berdasarkan pada
simpulan dan temuan dilapangan dapat
dikemukakan beberapa saran:
1. Guru Kimia diharapkan untuk dapat
menerapkan pembelajaran kooperatif jigsaw karena dapat meningkatkan hasil belajar
siswa.
2. Peneliti lain agar dapat melanjutkan atau
melakukan penelitian serupa dengan memperbaiki beberapa kekurangan yang masih
ada, sehingga timbul keyakinan bahwa pembelajaran kooperatif jigsaw memang
dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
3. Sekolah dan lembaga terkait agar dapat
memfasilitasi guru-guru yang akan melakukan penelitian sehingga diharapkan
dapat ditemukan berbagai alternatif pembelajaran yang bertujuan memperbaiki
pembelajaran dikelas.
DAFTAR PUSTAKA
Anas
Yasin, (2010), Penelitian Tindakan Kelas
Tuntunan Praktis, Padang: Sukabina Press.
Depdiknas, (2006), Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan,
Jakarta: Depdiknas.
Dindin Sholehudin (2004). Petunjuk
Guru Kimia, Bandung: Grafindo Media Utama
Imas
Kurniasih dan Berlin Sani, (2015), Ragam
Pengembanagan Model Pembelajaran, Jakarta: CV. Solusi Distribusi.
Nur
Hidayah, (2013), Panduan Praktis
Penyusunan dan Pelaporan Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: PT Prestasi
Pustakaraya
Nana sudjana, (2004), Penelitian hasil belajar mengajar,
Bandung: PT Rosdakarya
Robert E Slavin, (2005), Cooperative Learning Teori Riset dan Praktik,
Bandung: Nusa Media
Rusman, (2010), Model-model Pembelajaran Mengembangan
Profesionlisme Guru, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
RIWAYAT SINGKAT
PENELITI
Nama : Nanssi
Marwarinda, S.Si, M.Pd
Jenis Kelamin :
Perempuan
Tempat / Tanggal lahir :
Samarinda / 15 Maret 1978
Pekerjaan :
PNS
Pangkat/Golongan : Penata
Tk. 1 / III.d
Jabatan :
Guru Mata Pelajaran Kimia
Unit Kerja :
SMAN 1 Bonjol
Pendidikan :
3.
SD (tahun tamat) :
SDN 01 Lubuk Sikaping (1990)
4.
SLTP :
SMPN Lubuk Sikaping (1993)
5.
SLTA :
SMAN Lubuk Sikaping (1996)
6.
S1 :
Kimia Universitas Andalas (2001)
7.
S2 :
Teknologi Pendidikan Kimia Universitas Negeri Padang (2011)
Keluarga :
Suami : Feri Andri,
S.T, M.Pd.T
Anak :
1.
Daffa Hashfi Nandri
2.
Arfan Yazid Nandri
3.
Sajid Akram Nandri
4.
Nadira Fitri Nandri
Tidak ada komentar:
Posting Komentar