Kamis, 23 Februari 2017
Minggu, 05 Februari 2017
foto-foto seminar inobel 2016
presentasi laporan hasil penelitian R & D nanssi
peserta Inovasi Pembelajaran SMA kelompok 4
(ibu-ibu dengan para dewan juri)
peserta bapak-bapak dengan para sewan juri
Minggu, 08 Januari 2017
Laporan Hasil Inobel ku dengan Judul Pengembangan Media Pembelajaran Kubertanya pada Materi Tata Nama Senyawa
BAB I
Pendahuluan
A.
Latar
Belakang
Proses pembelajaran bukan hanya sekedar guru
menyampaikan materi pelajaran dan siswa menerimanya, melainkan juga
dimaknai sebagai proses mengatur
lingkungan supaya siswa belajar. Belajar bukanlah menghafal sejumlah fakta atau
informasi, melainkan berbuat, memperoleh pengalaman tertentu sesuai dengan
tujuan yang diharapkan. Proses pembelajaran adalah proses yang menantang siswa
untuk mengembangkan kemampuan berpikir, yakni merangsang kerja otak secara
maksimal.
Dalam proses pembelajaran di SMAN 1 Bonjol
selama ini, peserta didik kurang didorong untuk mengembangkan kemampuan
berpikir. Proses pembelajaran di kelas hanya diarahkan kepada kemampuan peserta
didik untuk menghafal sejumlah informasi tanpa dituntut untuk memahami
informasi yang diingatnya itu untuk menghubungkannya dengan kehidupan
sehari-hari. Pembelajaran di kelas lebih mengedepankan kegiatan ‘teaching
activities’ atau aktifitas mengajar guru daripada ‘learning activities’ atau aktifitas belajar siswa, karena kegiatan pembelajaran masih berpusat kepada
guru (teacher centered).
Pembelajaran Kimia di SMA berdasarkan
Kurikulum 2006 (KTSP) pada dasarnya memegang prinsip pembelajaran yang berpusat
pada peserta didik, mengembangkan kreativitas peserta didik, menciptakan
kondisi yang menyenangkan dan menantang, mengembangkan beragam kemampuan yang
bermuatan nilai, menyediakan pengalaman belajar yang beragam. Melalui sistem
pengelolaan pembelajaran pada KTSP ada tuntutan bahwa kegiatan pembelajaran
ditujukan untuk memberdayakan semua potensi peserta didik dalam menguasai kompetensi
yang diharapkan.
Tujuan dari pembelajaran kimia tidak mungkin
akan tercapai jika dalam proses pembelajaran siswa hanya duduk, mendengarkan
ceramah guru dan menjawab pertanyaan yang sulit pada waktu tes. Kegiatan
pembelajaran hendaklah berpusat kepada siswa (student centered) dimana siswa berperan secara aktif dan guru lebih
berperan sebagai fasilitator. Aktif berarti “learning by doing”, dimana siswa harus ikut melakukan sesuatu untuk
memperoleh ilmu yang mereka cari.
Pembelajaran kimia selama ini di SMAN 1 Bonjol kurang diminati siswa karena
beberapa hal diantaranya banyaknya konsep dasar yang bersifat teoritis yang
harus dihafal, kurangnya aktivitas siswa kecuali hanya mendengarkan guru
berbicara menyampaikan materi pelajaran,
sehingga banyak siswa yang bosan untuk belajar kimia. Mereka tidak betah
berlama-lama untuk mengikuti pembelajaran kimia. Yang akhirnya hasil belajar siswa pada
pelajaran kimia rendah, interaksi sesama siswa dalam belajar sangat rendah,
kerja sama antar siswa sangat rendah dan
peran guru lebih dominan.
Untuk mengatasi
masalah tersebut salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan membuat media
pembelajaran yang lebih menarik. Salah satu media yang diharapkan dapat menarik
minat siswa adalah media kartu. Anak-anak rata-rata suka bermain kartu, banyak
jenis-jenis kartu permainan yang terdapat dipasaran, salah satunya adalah kartu
kuartet. Kartu kuartet berasal dari dua kata yaitu kartu dan kuartet, dalam
kamus bahasa Indonesia kontemporer kartu merupakan kertas tebal yang berbentuk
persegi panjang untuk bermacam-macam keperluan, sedangkan kuartet merupakan
kelompok, kumpulan dan sebagainya yang terdiri dari empat anggota maka kartu
kuartet dapat kita artikan sebagai suatu kumpulan kertas yang berbentuk persegi
panjang dikumpulkan sebanyak empat menjadi satu kesatuan. Kartu kuartet lebih dikenal sebagai suatu bentuk
permainan kartu yang dimainkan oleh dua sampai empat orang pemain.
Dengan media
pembelajaran ini diharapkan dapat tumbuh berbagai kegiatan belajar siswa.
Dengan kata lain terciptalah interaksi edukatif. Dalam interaksi ini guru
berperan sebagai penggerak atau pembimbing, sedangkan siswa berperan sebagai
penerima atau yang dibimbing. Proses interaksi ini akan berjalan baik apabila
siswa banyak aktif dibandingkan guru.
Jenis kartu yang
dirancang untuk digunakan dalam pembelajaran kimia disebut dengan media
pembelajaran kubertanya yang merupakan
singkatan dari kartu berisi tata nama senyawa. Keunggulannya
berisikan nama-nama senyawa disertai rumus kimianya sehingga peserta didik
senang mempelajarinya karena berbentuk kartu yang disukai oleh peserta didik.
Kartu yang dibuat mudah digunakan oleh peserta didik, karena umumnya peserta
didik telah banyak yang melakukan permainan kartu di kesehaariannya.
Dengan menggunakan
media pembelajaran kubertanya, maka dalam mengusahakan pembelajaran yang
menyenangkan bagi siswa dan meningkatkan kualitas pembelajaran kimia di kelas
dapat tercapai. Selain itu juga dapat memperbaiki proses pembelajaran saat ini
dikelas dan dapat meningkatkan pemahaman serta menciptakan suasana belajar yang
kondusif.
Media pembelajaran kubertanya
sebagai salah satu alternatif media yang digunakan dalam pembelajaran kimia
yang membawa siswa belajar dalam suasana yang lebih nyaman dan menyenangkan
sehingga karakter bangsa yang diharapkan dimiliki oleh siswa dapat muncul.
Siswa akan lebih bebas dalam menemukan berbagai pengalaman baru dalam belajarnya,
sehingga diharapkan dapat tumbuh berbagai kegiatan aktivitas belajar siswa dan
hasil belajar kimia pun akan meningkat.
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan
diatas maka penulis berkeinginan untuk melaksanakan penelitian pengembangan (Research and Development)
dengan judul “Pengembangan Media Pembelajaran Kubertanya pada Materi Tata Nama Senyawa.”
B.
Identifikasi
Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang diduga
permasalahan yang dapat diidentifikasi adalah sebagai berikut:
1. Siswa
malas dalam belajar pada mata pelajaran kimia.
2. Guru
lebih banyak menggunakan pembelajaran konvensional.
3. Hasil
belajar siswa masih rendah.
4. Media
Pembelajaran berupa Kartu
berisi Tata Nama Senyawa (Kubertanya)
belum pernah dicobakan.
C.
Pembatasan
Masalah
Dari beberapa masalah yang telah
terindentifikasi maka masalah penelitian ini dibatasi pada Pengembangan media
pembelajaran Kubertanya) untuk materi
Tata Nama Senyawa.
D.
Perumusan
Masalah
1. Bagaimana
mengembangkan media pembelajaran Kubertanya untuk materi Tata Nama Senyawa?
2. Bagaimana
validitas media pembelajaran Kubertanya untuk materi Tata Nama Senyawa?
3. Bagaimana
praktikalitas media pembelajaran Kubertanya untuk materi Tata Nama Senyawa?
4.
Bagaimana efektifitas media
pembelajaran Kubertanya untuk materi Tata Nama Senyawa?
E.
Tujuan
Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah
di atas, maka tujuan yang hendak dicapai dari penelitian ini adalah :
1. Membuat
(mengembangkan) media pembelajaran Kubertanya
untuk materi Tata Nama Senyawa.
2. Mengetahui
validitas media pembelajaran Kubertanya
untuk materi Tata Nama Senyawa.
3. Mengetahui
praktikalitas media pembelajaran Kubertanya
untuk materi Tata Nama Senyawa.
4. Mengetahui
efektivitas media pembelajaran Kubertanya
untuk materi Tata Nama Senyawa.
F.
Manfaat
Penelitian
Manfaat
yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
1. Memberikan
masukan kepada pihak sekolah dalam rangka meningkatkan mutu pelajaran di
sekolah.
2. Bagi guru mata pelajaran lainnya, sebagai salah satu alternatif media
pembelajaran dalam meningkatkan mutu pembelajaran di sekolah.
3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi guru
SMA untuk dapat mengaplikasikannya dalam proses pembelajaran di kelas.
4. Bagi peneliti lain sebagai masukan dalam pengembangan pembelajaran
di SMA guna meningkatkan mutu dan hasil belajar siswa.
G.
Spesifikasi
Produk
Melalui penelitian ini diharapkan akan
dihasilkan media pembelajaran kartu kubertanya yang merupakan singkatan dari
kartu berisi tata nama senyawa,dengan spesifikasi merupakan Kartu kuartet yang
beisi 4 buah rumus kimia dan nama senyawanya, yang terdiri dari beberapa
kelompok :
1.
Kelompok kartu senyawa Biner
Logam Utama dengan non logam
2. Kelompok
kartu senyawa Biner Logam Transisi dengan non logam
3. Kelompok
kartu senyawa Biner Non Logam dengan non logam
4. Kelompok
kartu senyawa Biner Logam Utama dengan non logam
5. Kelompok
kartu senyawa Biner Logam Transisi dengan non logam
Sehingga
dihasilkan sebanyak 20 kartu kubertanya, yang akan digunakan dalam 7 kelompok, sehingga akan
dibuat 7
seri kartu kubertanya.
BAB II
Tinjauan Pustaka
A.
Kajian
Teori
1.
Pembelajaran
Pembelajaran merupakan proses interaksi
belajar mengajar antara guru dengan siswa di dalam kelas. Guru membelajarkan
siswa dengan harapan bahwa siswa belajar sehingga kemampuan kognitif, afektif
dan psikomotorik siswa semakin meningkat. Peran guru dalam kegiatan
pembelajaran disekolah relatif tinggi. Peran guru tersebut terkait dengan peran
siswa dalam belajar (Dimyati dan Mujiono, 2006).
Setiap proses pembelajaran selalu melibatkan
dua pelaku aktif, yaitu guru dan siswa. Guru sebagai pengajar merupakan
pencipta kondisi belajar siswa yang didisain secara sengaja, sistematis dan
berkesinambungan. Sedangkan anak sebagai subjek pembelajaran merupakan pihak
yang menikmati kondisi belajar yang diciptakan guru.
Perpaduan dari kedua unsur manusiawi ini
melahirkan interaksi edukatif dengan memanfaatkan bahan ajar sebagai mediumnya.
Pada kegiatan pembelajaran, guru dan siswa saling mempengaruhi dan memberi
masukan. Karena itulah kegiatan pembelajaran harus merupakan aktivitas yang
hidup, sarat nilai dan senantiasa memiliki tujuan (Pupuh dan Sobry, 2007).
Belajar merupakan peristiwa sehari-hari di
sekolah. Belajar merupakan hal yang kompleks. Kompleksitas belajar tersebut
dapat dipandang dari dua subjek, yaitu siswa dan guru. Dari segi siswa, belajar
dialami sebagai suatu proses. Siswa mengalami proses mental dalam menghadapi
bahan belajar. Dari segi guru, proses belajar tersebut tampak sebagai perilaku
belajar tentang sesuatu hal (Dimyati dan Mujiono, 2006). Sejalan dengan pendapat
Martinis Yamin (2007) bahwa proses pembelajaran merupakan proses yang
sistematik, yang artinya proses yang dilakukan oleh guru dan siswa ditempat
belajar dengan melibatkan unsur-unsur yang saling berinteraksi untuk mencapai
suatu tujuan.
Menurut teori behavioristik belajar adalah
perubahan tingkah laku. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika ia mampu
menunjukkan perubahan tingkah laku (Asri, 2008). Sedangkan pengertian belajar
menurut teori kognitif adalah perubahan presepsi dan pemahaman, yang artinya
bahwa setiap orang telah memiliki pengetahuan dan pengalaman yang telah tertata
dalam bentuk struktur kognitif yang dimilikinya. Proses belajar akan berjalan
dengan baik jika materi pelajaran atau informasi baru beradaptasi dengan
struktur kognitif yang telah dimiliki seseorang.
Dalam kegiatan pembelajaran, keterlibatan
siswa secara aktif amat dipentingkan. Untuk menarik minat dan meningkatkan
motivasi belajar perlu mengaitkan pengetahuan baru dengan struktur kognitif
yang telah dimiliki siswa. Materi pelajaran disusun dengan menggunakan pola dan
logika tertentu, dari sederhana ke kompleks. Perbedaan individual pada diri
siswa perlu diperhatikan, karena faktor ini sangat mempengaruhi keberhasilan
siswa (Asri, 2008).
2.
Pembelajaran
kimia
Pembelajaran kimia merupakan salah satu
pembelajaran yang dipelajari ditingkat SMA. Ilmu kimia merupakan ilmu yang
termasuk kedalam rumpun Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), oleh karenanya ilmu kimia
mempunyai karakteristik yang sama dengan IPA. Karakteristik tersebut adalah
objek ilmu kimia, cara memperoleh, serta kegunaannya. Ilmu kimia merupakan ilmu
yang pada awalnya diperoleh dan dikembangkan berdasarkan percobaan namun pada perkembangannya selanjutnya ilmu
kimia juga diperoleh dan dikembangkan berdasarkan teori (Depdiknas, 2006).
Ilmu kimia adalah ilmu yang mencari jawaban
atas pertanyaan apa, mengapa dan bagaimana gejala-gejala alam yang berkaitan
dengan komposisi, struktur dan sifat, perubahan, dinamika dan energetika zat.
Oleh sebab itu, mata pelajaran kimia di SMA mempelajari segala sesuatu tentang
zat yang meliputi komposisi, struktur dan sifat, perubahan, dinamika dan
energetika zat yang melibatkan keterampilan dan penalaran.
Tujuan pembelajaran Kimia di SMA yang tercantum dalam KTSP menurut
Depdiknas (2006) adalah agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:
1. Membentuk
sikap positif terhadap kimia dengan menyadari keteraturan dan keindahan alam
serta mengagungkan kebesaran Tuhah Yang Maha Esa.
2. Memupuk
sikap ilmiah yaitu jujur, objektif, terbuka, ulet, kritis dan dapat bekerja
sama dengan orang lain.
3. Memperoleh
pengalaman dalam menerapkan metode ilmiah melalu percobaan atau eksperimen,
dimana peserta didik melakukan pengujian hipotesis dengan merancang percobaan
melalui pemasangan instrumen, pengambilan, pengolahan dan penafsiran data,
serta menyampaikan hasil percobaan secara lisan dan tertulis.
4. Meningkatkan
kesadaran tentang terapan kimia yang bermanfaat dan juga merugikan bagi
individu, masyarakat, dan lingkungan serta menyadari pentingnya mengelola dan
melestarikan lingkungan demi kesejahteraan masyarakat.
5. Memahami
konsep, prinsip, hukum dan teori kimia serta saling keterkaitannya dan
penerapannya untuk menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari dan
teknologi.
Ruang lingkup mata pelajaran Kimia di SMA
merupakan kelanjutan IPA di SLTP yang
menekankan pada fenomena alam dan pengukurannya dengan perluasan pada konsep
abstrak yang meliputi aspek-aspsek sebagai berikut:
1. Struktur atom, sistem periodik, dan ikatan kimia,
stoikiometri, larutan non elektrolit dan elektrolit, reaksi oksidasi-reduksi,
senyawa organik dan makromolekul.
2. Termokimia,
laju reaksi dan kesetimbangan, larutan asam basa, stoikiometri larutan,
kesetimbangan ion dalam larutan dan sistem koloid.
3. Sifat
kologatif larutan, redoks dan elektrokimia, karakteristik unsur, kegunaan dan
bahayanya, senyawa organik dan reaksinya, benzena dan turunannya makromolekul
(Depdiknas, 2006).
3. Pembelajaran Tata Nama Senyawa
Tata nama
senyawa merupakan salah satu bab dari mata pelajaran kimia SMA, dimana tata nama senyawa merupakan suatu aturan
penamaan senyawa-senyawa yang terdiri daari senyawa anorganik dan organik.
Tujuan penamaan ini adalah untuk memudahkan dalam membedakan senyawa dengan
sifat fisis yang sama. Tata nama seneyawa ini dilakukan secara sistematis
sesuai dengan prinsip dan ketentuan yang ada. Tata nama senyawa yang paling
terkenal dan banyak dipakai adalah tata nama yang dikembangkan oleh IUPAC ( Internasional Union of Pure and aplied
Chemistry).
Standar
Kompetensi pada Materi Tata Nama Kimia adalah Memahami
hukum-hukum dasar kimia dan penerapannya dalam perhitungan kimia (stoikiometri) dengan Kompetensi dasar adalah Mendeskripsikan tata nama senyawa
anorganik dan organik sederhana serta persamaan reaksinya.
4.
Media Pembelajaran
Makna umum dari media
adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan informasi dari sumber
informasi kepada penerima informasi. Istilah media sangat populer dalam bidang komuikasi.
Proses belajar mengajar pada dasarnya juga merupakan proses komunikasi,
sehingga media yang digunakan disebut media pembelajaran.
Menurut Hamalik yang dimaksud dengan media pendidikan adalah alat,
metode, dan teknik yang digunakan dalam rangka lebih mengefektifkan komunikasi
dan interaksi antara guru dan siswa dalam proses pendidikan dan pengajaran di
sekolah. Gagne menyatakan bahwa media adalah berbagai jenis komponen dalam
lingkungan siswa yang dapat merangsang mereka untuk belajar. Senada dengan itu,
Briggs mengartikan media sebagai alat untuk memberikan perangsangan bagi siswa
agar terjadi proses belajar. (Djamilah Sudjana, 2015).
Dalam proses belajar mengajar fungsi media pembelajaran tidak
hanya sebagai alat bantu yang digunakan guru, akan tetapi juga sebagai sarana
untuk mengkomunikasikan pesan kepada anak didik. Manfaat penggunaan media
pembelajaran :media pembelajaran membangkitkan motivasi siswa, dengan
menggunakan media pembelajaran siswa dapat mengulangi apa yang telah mereka
pelajari, media pembelajaran dapat merangsang siswa untuk belajar dengan penuh
semangat, media pembelajaran dapat lebih mengaktifkan adanya respon dari siswa,
dengan menggunakan media pembelajaran dapat diharapkan adanya umpan balik
dengan segera.
Diharapkan dengan penggunaan media pembelajaran tentunya dapat
mempertinggi nilai proses belajar siswa dalam pembelajaran yang pada gilirannya
dapat mempertinggi hasi belajar yang dicapainya. Ada beberapa alasan bahwa
dengan penggunaan media pembelajaran dapat mempertinggi proses belajar siswa.
Alasan pertama berkenaan dengan manfaat media pembelajaran dalam proses belajar
siswa, antara lain :
a.
Pembelajaran
lebih menarik perhatian sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar.
b.
Bahan
pembelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh
siswa, dan memungkinkan siswa menguasai tujuan pembelajaran lebih baik.
c.
Metode mengajar
akan lebih bervariasi, sehingga siswa tidak bosan.
d.
Siswa lebih
banyak melakukan kegiatan belajar, siswa melakukan aktivitas lebih banyak selain
mendengarkan uraian guru, siswa juga melakukan aktivitas , mengamati,
mendemonstrasikan, dan sebagainya.
Alasan kedua berkenaan dengan taraf berpikir siswa. Taraf berpikir
manusia mengikuti tahap perkembangan dimulai dari berpikir sederhana menuju berpikir
kompleks. Penggunaan media pembelajaran erat kaitannya dengan tahapan berpikir
tersebut, sebab dengan media pembelajaran hal-hal yang abstraks dapat
dikonkritkan, dan hal-hal yang kompleks dapat disederhanakan.
5.
Jenis
Media Pembelajaran
1. Media Visual
Media visual
berfungsi untuk menyalurkan pesan dari sumber ke penerima pesan. Pesan yang
akan disampaikan dituangkan kedalam bentuk-bentuk visual. Selain itu fungsi
media visual juga berfungsi untuk menarik perhatian, memperjelas sajian ide,
menggambarkan fakta yang mungkin dapat mudah untuk dicerna dan diingat jika
disajikan dalam bentuk visual. Jenis-jenis media visual antara lain:Gambar atau foto, Sketsa, Diagram, Bagan, Grafik, Kartun, Poster,
Peta atau Globe, Papan Planel, Papan Buletin.
2. Media Audio
Media audio
adalah jenis media yang berhubungan dengan indera pendengaran. Pesan yang akan
disampaikan dituangkan pada lambang-lambang auditif. Jenis-jenis media audio
antara lain: Radio, Alat Perekam atau Tape Recorder.
3. Media Proyeksi Diam
Jenis-jenis media proyeksi diam antara lain adalah: Film
Bingkai, Film Rangkai, OHT, Opaque Projektor, Mikrofis.
4. Media Proyeksi Gerak dan Audio
Visual
Jenis-jenis media proyeksi gerak dan audio visual
antara lain: Film Gerak, Film Gelang, Program TV, Video.
5. Multimedia
Multimedia adalah sembarang kombinasi yang terdiri
atas teks, seni grafik, bunyi, animasi, dan video yang diterima oleh pengguna
melalui komputer. Multimedia merupakan penggabungan atau pengintegrasian dua
atau lebih format media yang terpadu seperti teks, grafik, animasi dan video
untuk membentuk aturan informasi ke dalam sistem komputer.
6. Benda
Benda-benda yang ada di alam sekitar dapat juaga
digunakan sebagai media pembelajaran, baik itu benda asli ataupun benda tiruan (Dedi
Siswoyo, 2012).
6.
Media
Pembelajaran Kubertanya (Kartu berisi
Tata Nama Senyawa)
Media Pembelajaran yang digunakan pada penelitian ini adalah
berupa kartu yang berisi nama-nama senyawa dan rumus-rumus kimia yang oleh
peneliti diberi nama “Kubertanya” yang merupakan kepanjangan dari Kartu berisi
Tata Nama Senyawa. Dalam kartu yang akan dirancanakan berisi senyawa-senyawa
yang dibuat dalam kelompok kwartet, masing-masing kelompok terdiri dari 4
senyawa:
(1)
Kelompok nama
senyawa Biner Logam Utama dengan Non Logam,
(2)
Kelompok nama
senyawa Biner Logam Transisi dengan Non
Logam,
(3)
Kelompok nama senyawa
Biner Non Logam dengan Non Logam,
(4)
Kelompok nama
senyawa Poliatomik Kation logam utama dan
(5) Kelompok nama senyawa Poliatomik katoin Logam Transisi. Sehingga
diperoleh 20 kartu.
B. Kerangka Berpikir
Belajar merupakan proses interaksi antara
guru dengan siswa. Tujuan belajar adalah agar siswa dapat merubah prilaku
sesuai dengan pengalaman belajar yang dialamainya. Salah satu perubahan prilaku
belajar siswa dapat kita lihat dari hasil belajar siswa.
Keberhasilan pembelajaran sangat ditentukan
oleh kualitas proses pembelajaran. Dalam pembelajaran dengan menggunakan media
pembelajaran Kubertanya ini diharapkan dapat tumbuh berbagai kegiatan belajar
siswa. Dengan kata lain terciptalah interaksi edukatif. Dalam interaksi ini
guru berperan sebagai penggerak atau pembimbing, sedangkan siswa berperan
sebagai penerima atau yang dibimbing. Proses interaksi ini akan berjalan baik
apabila siswa banyak aktif dibandingkan guru.
Media pembelajaran
ini mengusahakan terciptanya pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa sehingga
peningkatan kwalitas pembelajaran kimia di kelas dapat tercapai. Selain itu
juga dapat memperbaiki proses pembelajaran saat ini dikelas dan dapat
meningkatkan pemahaman serta menciptakan suasana belajar yang kondusif. Sehingga
diduga dengan penggunaan media pembelajaran Kubertanya
dapat meningkatkan hasil belajar Kimia siswa. Untuk lebih jelas kerangka
pemikiran dapat dilihat pada Gambar 1.
|
|||||
Gambar 1. Kerangka berpikir
C. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kajian pustaka maka hipotesis
penelitian dapat dirumuskan bahwa hasil belajar siswa meningkat dengan
menggunakan
media pembelajaran Kubertanya.
BAB III
Metode Penelitian
A.
Model
Pengembangan,
Penelitian
ini termasuk penelitian pengembangan, yaitu berupaya membuat suatu produk baru
dalam sistem pembelajaran. Pengembangan yang dilakukan adalah pengembangan media
pembelajaran kubertanya pada pembelajaran kimia untuk materi tata nama senyawa
di SMA.
Prosedur
pengembangan media pembelajaran kubertanya pada pelajaran kimia untuk materi tata
nama senyawa menggunakan model prosedural 4-D (four-D models) yang ditemukan oleh Thiagarajan (Trianto, 2007).
Proses pengembangan perangkat dilakukan menggunakan 4 tahap yaitu:
1. Pendefinisian
(define)
2.
Perancangan (design)
3. Pengembangan
(develop)
4. Penyebaran
(disseminate)
B.
Prosedur
Pengembangan
1. Tahap
Pendefinisian (define)
Bertujuan untuk menetapkan dan mendefinisikan
syarat-syarat pembelajaran. Sesuai dengan tujuan penelitian yaitu media
pembelajaran kubertanya. Pada tahap
ini terdapat dua langkah kegiatan, yaitu:
a. Analisis
Ujung Depan
Tahap analisis ujung depan dilakukan untuk
mendapat gambaran kondisi lapangan dengan mengunakan focus group discution (FGD). Tahap ini biasa disebut sebagai tahap
analisis kebutuhan (needs assessment).
Pada analisis ini bertujuan untuk mengemukakan masalah dasar yang dibutuhkan
dalam pengembangan media pembelajaran kubertanya.
Beberapa hal yang diperlukan pada analisis kebutuhan ini antara lain:
1. Analisis
SK dan KD
Analisis
silabus bertujuan untuk menfokuskan rencana pelaksanaan pembelajaran sesuai
dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar materi tata nama senyawa pada
kurikulum tingkat satuan pendidikan.
2. Analisis
Konsep
Analisis
konsep bertujuan untuk mengidentifikasi konsep-konsep utama dari tata nama
senyawa dan menyusun konsep-konsep secara sistematis.
b. Analisis
Peserta Didik
Analisis peserta didik merupakan telaah
tentang karakteristik peserta didik yang meliputi usia, motivasi belajar, dan
tingkat perkembangan berfikir. Dalam penelitian ini yang menjadi objek penelitian
adalah siswa SMA
yang berusia 15 – 17 tahun. Atau berada dalam tahap perkembangan operasional
formal. Pada tahap operasional formal siswa mulai dapat berfikir abstrak dan
menyesuaikan diri untuk menerima bahan pembelajaran.
2. Tahap
Perancangan (design)
Hasil dari analisis
ujung depan digunakan untuk merancang prototipe media pembelajaran kubertanya
pada materi tata nama senyawa. Media Pembelajaran
yang dirancang adalah berupa kartu yang berisi nama-nama senyawa dan
rumus-rumus kimia yang diberi nama “Kubertanya” yang merupakan kepanjangan dari
Kartu berisi Tata Nama Senyawa. Dalam kartu yang akan dirancanakan berisi
senyawa-senyawa yang dibuat dalam kelompok kwartet, masing-masing kelompok
terdiri dari 4 senyawa:
(1) Kelompok nama senyawa Biner Logam Utama dengan Non Logam,
(2) Kelompok nama senyawa Biner
Logam Transisi dengan Non Logam,
(3)
Kelompok nama
senyawa Biner Non Logam dengan Non Logam,
(4)
Kelompok nama
senyawa Poliatomik Kation logam utama
(5)
Kelompok nama
senyawa Poliatomik katoin Logam Transisi.
3. Tahap
Pengembangan (develope)
Tujuan tahap ini adalah untuk menghasilkan
media pembelajaran yang sudah direvisi berdasarkan masukan dari pakar. Tahap
ini meliputi validasi perangkat oleh para pakar, teman sejawat bertujuan
mendapatkan masukan terhadap keseluruhan isi materi yang terdapat dalam
rancangan perangkat pembelajaran, jika belum valid maka dilakukan revisi, jika
sudah valid dilakukan dengan uji coba terbatas terhadap produk yang dihasilkan,
untuk melihat kepraktisan atau keterpakaian media pembelajaran kubertanya yang
sudah dirancang.
4. Tahap
penyebaran ( disemination)
Proses diseminasi merupakan
suatu tahap akhir pengembangan. Tahap diseminasi dilakukan untuk mempromosikan
produk pengembangan agar bisa diterima pengguna, baik individu, suatu kelompok,
atau sistem. Diseminasi dapat dilakukan melalui sebuah proses penularan kepada
para praktisi pembelajaran terkait dalam suatu forum tertentu. Bentuk
diseminasi ini dengan tujuan untuk mendapatkan masukan, koreksi, saran,
penilaian, untuk menyempurnakan produk akhir pengembangan agar siap diadopsi
oleh para pengguna produk. Diseminasi media pembelajaran kubertanya akan
dilakukan kepada kelompok Musyawah Guru Mata Pelajaran Kimia se Kabupaten
Pasaman.
|
Gambar
2. Skema Rancangan Penelitian
Pengembangan
C.
Tempat
dan Waktu Penelitian,
Penelitian ini di laksanakan di SMAN 1 Bonjol,
Kabupaten Pasaman, Provinsi Sumatera Barat pada semester
1 Tahun Pelajaran 2016/2017.
D.
Sumber
data Penelitian
Populasi
: Seluruh siswa SMAN 1 Bonjol
Sampel
: siswa kelas XI IPA4 SMAN 1 Bonjol
E.
Teknik
dan
Instrumen Penelitian
1. Teknik
Pengumpulan data: Angket, tes hasil belajar
2. Instrumen
penelitiaan : lembar Validasi, lembar observasi, lembar angket respon siswa,
soal tes hasil belajar.
F. Teknik Analisis Data
1. Analisis
Validitas Media Pembelajaran
Untuk menganalisis validitas media
pembelajaran kubertanya telah dikembangkan dengan menggunakan rumus :
Nilai
validitas =
Tabel 1. Kategori validitas perangkat pembelajaran
(%)
|
Kategori
|
0 – 20
21 – 40
41 – 60
61 – 80
81 – 100
|
Tidak valid
Kurang valid
Cukup valid
Valid
Sangat valid
|
(Riduwan, 2007)
2. Analisis
Praktikalitas Media Pembelajaran
Untuk menganalisis praktikalitas media
pembelajaran kubertanya telah dikembangkan dengan menggunakan rumus :
Nilai Praktikalitas
=
Tabel 2. Kategori
praktikalitas perangkat pembelajaran
(%)
|
Kategori
|
0 – 20
21 – 40
41 – 60
61 – 80
81 – 100
|
Tidak praktis
Kurang praktis
Cukup praktis
Praktis
Sangat praktis
|
(Riduwan, 2007)
3. Analisis
Keefektivitasan Media Pembelajaran
Keefektifan media pembelajaran dianalisis
berdasarkan hasil belajar siswa yang diperoleh setelah pembelajaran. Dengan
mengunakan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM), jika di atas atau sama dengan KKM
berarti siswa tuntas, sedangkan jika di bawah KKM berarti siswa belum tuntas. Media
pembelajaran dikatakan efektif, jika 75 % siswa dapat mencapai KKM. KKM yang
ditetapkan adalah 70.
BAB IV
Hasil
Penelitian
A.
Deskripsi
Data Pengembangan Media Pembelajaran
Kubertanya
Pengembangan media pembelajaran kubertanya
untuk materi tata nama senyawa mengunakan model penggembangan 4 D. Dengan
tahap-tahap pengembangan dibagi menjadi 4 bagian yaitu: tahap pendefinisian,
tahap perancangan, tahap pengembangan dan tahap penyebaran.
1. Tahap Pendefinisian (define phase)
Tahap pendefenisian dilakukan dengan
melakukan analisis pada dua aspek, yakni analisis ujung depan dan analisis
peserta didik. Adapun hasil analisis tersebut diuraikan sebagai berikut:
a.
Analisis
Ujung Depan
Dalam analisis ujung depan atau analisis
kebutuhan ini dilakukan analisis SK dan KD serta konsep tata nama senyawa.
1)
Analisis SK dan KD
Hasil analisis SK dan KD
Materi tata nama senyawa yang dilaksanakan di SMA dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Hasil
analisis SK dan KD.
SK
|
KD
|
Analisis muatan
KD
|
Memahami hukum-hukum dasar kimia dan penerapannya dalam
perhitungan kimia (stoikiometri)
|
Mendeskripsikan tata nama senyawa anorganik dan organik
sederhana serta persamaan reaksinya.
|
1. Tata nama senyawa biner logam dan non logam
2. Tata nama senyawa biner
non logam dan non logam
3. Tata nama senyawa biner logam transisi dan non logam
4. Tata nama senyawa poliatomik
|
Berdasarkan tabel 3 dapat dilihat bahwa materi tata nama senyawa terdiri atas : Tata nama senyawa biner logam dan non logam, Tata nama
senyawa biner non logam dan non logam,
Tata nama senyawa biner logam transisi dan non logam, Tata nama senyawa
poliatomik.
2)
Analisis
Konsep
Analisis konsep bertujuan untuk mengidentifikasi
konsep-konsep utama yang akan diajarkan. Tujuan analisis ini adalah
untuk menetapkan hirarki materi yang akan dibahas dalam proses pembelajaran.
Materi-materi tersebut adalah: Tata nama
senyawa biner logam dan non logam, Tata nama senyawa biner non logam dan non logam, Tata nama senyawa
biner logam transisi dan non logam, Tata nama senyawa poliatomik. Pengetahuan prasyarat yang harus dimiliki siswa
adalah ikatan ion dan ikatan kovalen. Materi-materi tersebut kemudian disusun
secara sistematis sehingga membentuk suatu hubungan yang relevan antar materi
dan disebut sebagai peta konsep. Berdasarkan analisis konsep, maka peta konsep
dapat dilihat pada Gambar
3.
|
Gambar
3. Peta Konsep Tata Nama
Senyawa
b.
Analisis
peserta didik
Dalam penelitian ini yang menjadi objek
penelitian adalah siswa SMA
yang berusia 15 – 17 tahun. Atau berada dalam tahap perkembangan operasional
formal. Pada tahap operasional formal siswa mulai dapat berfikir abstrak dan
menyesuaikan diri untuk menerima bahan pembelajaran.
2. Tahap Perancangan
(design
phase)
Berdasarkan hasil analisis pada tahap
pendefinisian maka dirancang media
pembelajaran kubertanya. Adapun langkah-langkah yang dilakukan pada tahap ini adalah : Media pembelajaran yang
dirancang adalah kubertanya yang
merupakan kepanjangan dari kartu berisi tata nama senyawa. Kartu yang dihasilkan dari perancangan berukuran
panjang 8,5 cm dan lebar 6 cm sebanyak 20 kartu yang
terdiri dari 5 kelompok tata nama, untuk digunakan dalam 7 kelompok belajar, sehingga
akan diperoleh kartu sebanyak 7
x 20 kartu atau 140
buah kartu berisi tata nama senyawa ( kubertanya),
Media Pembelajaran kubertanya
dirancang dengan tampilan depan dan tampilan belakang. Pada tampilan depan
tertulis kubertanya dengan warna latar merah, sedangkan pada bagian belakang
terdiri atas 3 bagian . Bagian atas berisi judul kelompok yaitu Tata Nama
senyawa Poliatomik (kation logam transisi), yang ditengahnya berisi atas 4
kelompok dari golongan logam utama dan non logam, sedangkan bagian bawah berisi
rumus kimia dan namanya. Yang masing-masing kelompok berisi 4 kartu, kelompok
yang dirancang terdiri atas 5 kelompok yaitu Kelompok nama senyawa Biner Logam Utama dengan Non Logam, Kelompok
nama senyawa Biner Logam Transisi dengan
Non Logam, Kelompok nama senyawa Biner Non Logam dengan Non Logam, Kelompok
nama senyawa Poliatomik Kation logam utama dan Kelompok nama senyawa Poliatomik katoin Logam Transisi. Hasil rancangan kubertanya
dapat dilihat pada Gambar 4.
Tampak
Depan Media Kubertanya Tampak
Belakang Media Kubertanya
Gambar 4. Foto
media pembelajaran Kubertanya
3. Tahap Pengembangan (develop phase)
Tahap pengembangan bertujuan untuk
menghasilkan media pembelajaran yang valid, praktis dan efektif. Oleh karena
itu, pada tahap ini dilakukan mengujian validitas, praktikalitas dan
efektifitas media pembelajaran kubertanya yang dikembangkan. Pengujian
validitas yaitu dengan memvalidasi media oleh para pakar dan praktisi, kemudian
dilakukan revisi. Pengujian praktikalitas dan efektivitas yaitu dengan
mengujicobakan media pembelajaran yang telah dikembangkan tersebut ke dalam
proses pembelajaran di kelas.
4. Tahap Desiminasi (desinination phase)
Media Pembelajaran yang telah diuji coba
didalam kelas. Selanjutnya dipublikasikan pada guru-guru kimia se kabupaten Pasaman
dalam wadah MGMP yang dilaksanakan pada tanggal 15 September 2016. Tanggapan guru-guru akan media pembelajaran kubertanya
sangat mendukung dan hal ini menjadi salah satu motivasi untuk guru-guru lain
dalam membuat karya inovatif. Desiminasi dihadiri oleh 20 orang guru kimia yang
berada di kabupaten Pasaman. Salah satu saran yang diberikan agar media
pembelajaran kubertanya awet dan tahan lama sebaiknya delaminating sehingga
pada saat digunakan oleh siswa bisa tahan lama.
B.
Deskripsi
Data validasi media pembelajaran
Untuk mengetahui hasil validasi
dari media pembelajaran kubertanya yang telah dirancang,
selanjutkan divalidasi oleh validator. Validasi dilakukan oleh 3 orang
validator yang terdiri dari 2 orang guru ( Dra Ermiwarti, Feri Andri, S.T, M.Pd) dan
1 orang pengawas mata pelajaran kimia
(Drs. Syamsiwarlif, M.Pd). Instrumen yang digunakan
oleh validator dalam memvalidasi adalah lembar validasi yang berisi penilaian
validator terhadap media pembelajaran yang dikembangkan. Saran-saran dari
validator terhadap media pembelajaran kubertanya dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Saran Validator terhadap media Pembelajara kubertanya pada Materi Tata nama
senyawa
No
|
Nama validator
|
Saran
|
Realisasi
|
1
|
Drs.
Syamsiwarlif , M.Pd
|
-
Ada
bagian/ poin yang harus dicari siswa
-
Tambah
keterangan sehingga siswa dapat membuat tata nama
-
Sesuaikan
dengan motivasi siswa
|
Di buatkan
petunjuk penggunaan media pembelajaran dan LKS
|
2
|
Dra.
Ermiwarti
|
- cocok
digunakan untuk pemantapan konsep tata nama senyawa
|
Digunakan
setelah siswa mendapatkan materi tata nama senyawa
|
3
|
Feri
Andri, S.T , M.Pd.T
|
-
lengkapi
dengan LkS dan petunjuk kerja
|
Dibuat LKS dan
petunjuk penggunaan media.
|
Berdasarkan lembar validasi yang dinilai oleh
tiga orang validator diperoleh data hasil validasi media pembelajaran yang
secara ringkas dapat dilihat pada Tabel
5.
Tabel 5. Hasil Validasi Media Pembelajaran
No
|
Aspek yang dinilai
|
validator
1 2
3
|
Jumlah skor validator
|
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
|
Pembuatan
media yang dikembangkan memiliki nilai ekomomis.
Media yang
dibuat miliki nilai edukatif.
Media memiliki
ukuran yang memadai.
Media memiliki
kesederhanaan dalam perawatannya.
Pengunaan
media mudah digunakan peserta didik.
Warna yang ditampilkan menarik
Media yang dibuat sesuai dengan indikator dan tujuan
pembelajaran.
Media yang dibuat sesuai dengan materi pembelajaran.
Media yang dibuat sesuai dengan konsep kimia.
Media yang dibuat dapat
meningkatkan pemahaman siswa terhadap
konsep-konsep kimia
|
2 3
3
2 2
3
1 3
3
3 3
3
4 3
4
4 3
4
2 3
3
2 3
3
2 3
3
2 3
3
|
8
7
7
9
11
11
8
8
8
8
|
Rata-rata
|
|
8,5
|
|
% validasi
|
|
70,8 %
|
|
Keterangan
|
|
Valid
|
Dari data yang terlihat pada Tabel 5, dapat dilihat rata-rata
penilaian validator terhadap media pembelajaran adalah 8,5 dengan persentase
70,8 % dapat dikategorikan media yang peneliti kembangkan sudah valid karena
dari tabel validasi jika berada pada rentang 60% - 80% berarti media
pembelajaran berada pada katagori valid.
C.
Deskripsi
Data Praktikalitas Media Pembelajaran
Data praktikalitas diperoleh dari hasil
observasi terhadap dalam proses pembelajaran serta angket respon siswa.
a)
Hasil
Observasi dalam proses pembelajaran
Dalam Keterlaksanaan pelaksanaan pembelajaran
dapat diketahui dengan melakukan pengamatan menggunakan lembar observasi. Hasil
observasi proses pembelajaran digambarkan dalam Tabel 6.
Tabel
6 .
Hasil Observasi Proses Pembelajaran
No
|
Aspek
yang diamati
|
Observer
|
||
1
|
2
|
Rata
|
||
I
|
Tahap
Pendahuluan
|
|
|
|
|
a)
Menjelaskan
tujuan pembelajaran kepada siswa
|
4
|
3
|
7
|
|
b)
Membagi
siswa dalam kelompok kecil
|
4
|
3
|
7
|
|
c)
Membagikan
bahan ajar dan LKS
|
4
|
3
|
7
|
II
|
Kegiatan
inti
|
|
|
|
|
a)
Meminta
siswa untuk membaca bahan ajar
|
4
|
3
|
7
|
|
b)
Memberi
kesempatan kepada siswa untuk bertanya
|
3
|
3
|
6
|
|
c)
Meminta
siswa menjawab latihan dalam LKS
|
3
|
3
|
6
|
|
d)
Menjawab
pertanyaan siswa
|
3
|
3
|
6
|
|
e)
Mempertegas
jawaban yang benar
|
3
|
3
|
6
|
|
f)
Memberikan
klarifikasi/ penguatan.
|
3
|
3
|
6
|
III
|
Penutup
|
|
|
|
|
a)
Meminta
siswa untuk membuat rangkuman
|
3
|
3
|
6
|
|
b)
Memberikan
kuis atau tugas
|
3
|
3
|
6
|
|
Skor
perolehan
|
|
|
70
|
|
Skor
maksimum
|
|
|
88
|
|
%
praktikalitas
|
|
|
79,5
|
|
Kategori
|
|
|
Praktis
|
Berdasarkan data hasil observasi pelaksanaan
pembelajaran pada tabel 10 dapat diketahui bahwa proses pembelajaaran
terlaksana dengan praktis. Ini ditunjukkan dari persentase keterlaksanaan proses
pembelajaran adalah sebesar 79,5%. Hal ini berarti media Pembelajaran praktis untuk digunakan dalam pelaksanaan
pembelajaran
b)
Hasil
Angket Respon siswa
Angket respon siswa diberikan untuk
mengetahui tanggapan siswa tentang media pembelajaran yang digunakan. Hasil
angket respon siswa terhadap media pembelajaran yang digunakan selama pembelajaran
dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7.
Hasil Angket Respon Siswa Terhadap Media Pembelajaran.
no
|
nama
|
Pernyataan
|
jml
|
|||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
|||
1
|
AHMAD EGIL SANDI
|
4
|
3
|
3
|
4
|
4
|
4
|
22
|
2
|
AIDIL MUHAMMAD FAJRI
|
4
|
4
|
4
|
4
|
4
|
4
|
24
|
3
|
ALDI SAPUTRA
|
3
|
3
|
3
|
3
|
2
|
3
|
17
|
4
|
ARTIKA SUSANTI
|
4
|
4
|
4
|
4
|
3
|
4
|
23
|
5
|
AYINAYA FITRI
|
3
|
3
|
3
|
3
|
3
|
3
|
18
|
6
|
BUNGA MUSTIA YENDRI
|
4
|
4
|
4
|
4
|
3
|
4
|
23
|
7
|
DIKEN REVAL
|
3
|
3
|
3
|
3
|
3
|
3
|
18
|
8
|
DINDA GUSTIVA SELISIA
|
3
|
3
|
3
|
3
|
3
|
3
|
18
|
9
|
ELVI NOTRI
|
4
|
4
|
3
|
3
|
4
|
3
|
21
|
10
|
FRIDA YUNIARTI
|
3
|
3
|
3
|
3
|
4
|
4
|
20
|
11
|
HERU MUHARDI
|
4
|
4
|
4
|
4
|
4
|
4
|
24
|
12
|
IKHSANUL FUADY
|
4
|
3
|
3
|
3
|
2
|
3
|
18
|
13
|
JELITA YENESTI
|
4
|
4
|
4
|
3
|
4
|
4
|
23
|
14
|
LOLA APRIA
|
4
|
4
|
3
|
3
|
3
|
4
|
21
|
15
|
MEISA SAFA KAMILA
|
3
|
3
|
4
|
4
|
3
|
3
|
20
|
16
|
MIKOLA ASVA WANDY
|
3
|
3
|
3
|
3
|
3
|
4
|
19
|
17
|
MISHESA RASDI PUTRI
|
4
|
3
|
3
|
3
|
3
|
3
|
19
|
18
|
NUR FADILLAH
|
4
|
4
|
4
|
3
|
3
|
4
|
22
|
19
|
NUR KADIJAH
|
4
|
3
|
4
|
3
|
4
|
4
|
22
|
20
|
NURNADIRA FEBRIANITA
|
4
|
4
|
4
|
3
|
3
|
4
|
22
|
21
|
PUJI SABDA ADINDA
|
4
|
4
|
3
|
3
|
3
|
3
|
20
|
22
|
RAHMADANIA
|
4
|
3
|
3
|
4
|
4
|
4
|
22
|
23
|
RIKA SATRIA
|
3
|
4
|
3
|
3
|
3
|
3
|
19
|
24
|
SULVI SUPRIADI
|
4
|
3
|
3
|
4
|
4
|
4
|
22
|
25
|
SYANIA PUTRI
|
4
|
4
|
3
|
4
|
3
|
4
|
22
|
26
|
WAHYUNI VARDILLA
|
3
|
3
|
4
|
3
|
3
|
3
|
19
|
27
|
WILSA FESTIARSY
|
3
|
4
|
3
|
3
|
3
|
3
|
19
|
28
|
YOLA MUSTIKA
|
3
|
3
|
3
|
3
|
2
|
3
|
17
|
Skor perolehan
|
574
|
|||||||
Skor maksimum
|
672
|
|||||||
% praktikalitas
|
85,41
|
|||||||
Kategori
|
sangat praktis
|
Berdasarkan analisis respon siswa terhadap
media pembelajaran pada tabel 7
dapat dilihat bahwa skor penilaian siswa terhadap setiap pertanyaan pada angket
media pembelajaran berkisar pada nilai 574 dengan persentase nilai analisis
respon siswa adalah 85,41 %. Persentase
pada rentangan ini memiliki kategori sangat praktis. Nilai-nilai ini diperoleh
karena siswa menilai media pembelajaran kubertanya yang
digunakan selama kegiatan pembelajaran praktis dan membantu mereka memahami
konsep tata nama senyawa. Ini menggambarkan ketertarikan siswa terhadap media pembelajaran kubertanya yang digunakan selama
pembelajaran.
D.
Deskripsi
Data Efektivitas Perangkat Pembelajaran
Data efektivitas diperoleh dari hasil belajar
setelah siswa mengikuti proses pembelajaran yang diambil melalui tes hasil
belajar. Indikator yang menunjukan keberhasilan siswa dalam belajar ditinjau dari kriteria ketuntasan minimum
(KKM). Jika nilai yang didapatkan siswa setelah mengikuti tes belajar sama atau
lebih tinggi dari nilai KKM, maka siswa tersebut dikatakan telah tuntas. Namun
jika nilai yang didapatkan siswa setelah mengikuti tes belajar lebih
rendah dari nilai KKM, maka siswa
tersebut dikatakan belum tuntas untuk KD tersebut.
Data hasil belajar diperoleh dari nilai tes
akhir belajar siswa. Tes akhir belajar dilakukan setelah siswa mengikuti
pembelajaran dengan menggunakan media pembelajaran kubertanya pada materi tata
nama senyawa dengan KKM adalah 70. Dengan demikian, siswa dikatakan telah
tuntas jika sudah memperoleh nilai minimal 70. Data hasil belajar siswa dapat
dilihat pada Tabel
8.
Berdasarkan data hasil belajar seperti yang
terlihat pada Tabel
8 dapat diketahui bahwa dari 28 orang siswa, ada 6 orang siswa yang memperoleh
nilai di bawah KKM (< 70)
sehingga jumlah siswa yang sudah tuntas adalah sebanyak 22 orang. Dengan
demikian persentase ketuntasan belajar siswa adalah sebesar 78,57%. Nilai
tertinggi adalah 90 yang diperoleh oleh 7 orang siswa dengan nomor urut 3, 4 ,
9 , 18, 26 dan 28. Sedangkan nilai terendah adalah 50 yang diperoleh oleh 4
orang siswa dengan nomor urut 8, 12, 16 dan 25. Nilai rata-rata kelas adalah
sebesar 73,57.
Tabel 8.
Hasil Belajar Siswa
No.
|
Nama
Siswa
|
Nilai
|
Kategori
|
1
|
AHMAD EGIL SANDI
|
80
|
Tuntas
|
2
|
AIDIL MUHAMMAD FAJRI
|
70
|
Tuntas
|
3
|
ALDI SAPUTRA
|
90
|
Tuntas
|
4
|
ARTIKA SUSANTI
|
90
|
Tuntas
|
5
|
AYINAYA FITRI
|
60
|
Belum Tuntas
|
6
|
BUNGA MUSTIA YENDRI
|
80
|
Tuntas
|
7
|
DIKEN REVAL
|
80
|
Tuntas
|
8
|
DINDA GUSTIVA SELISIA
|
50
|
Belum Tuntas
|
9
|
ELVI NOTRI
|
90
|
Tuntas
|
10
|
FRIDA YUNIARTI
|
90
|
Tuntas
|
11
|
HERU MUHARDI
|
80
|
Tuntas
|
12
|
IKHSANUL FUADY
|
50
|
Belum tuntas
|
13
|
JELITA YENESTI
|
70
|
Tuntas
|
14
|
LOLA APRIA
|
80
|
Tuntas
|
15
|
MEISA SAFA KAMILA
|
60
|
Tuntas
|
16
|
MIKOLA ASVA WANDY
|
50
|
Belum Tuntas
|
17
|
MISHESA RASDI PUTRI
|
70
|
Tuntas
|
18
|
NUR FADILLAH
|
90
|
Tuntas
|
19
|
NUR KADIJAH
|
80
|
Tuntas
|
20
|
NURNADIRA FEBRIANITA
|
70
|
Tuntas
|
21
|
PUJI SABDA ADINDA
|
80
|
Tuntas
|
22
|
RAHMADANIA
|
70
|
Tuntas
|
23
|
RIKA SATRIA
|
70
|
Tuntas
|
24
|
SULVI SUPRIADI
|
70
|
Tuntas
|
25
|
SYANIA PUTRI
|
50
|
Belum Tuntas
|
26
|
WAHYUNI VARDILLA
|
90
|
Tuntas
|
27
|
WILSA FESTIARSY
|
60
|
BelumTuntas
|
28
|
YOLA MUSTIKA
|
90
|
Tuntas
|
|
Rata-rata
|
73,57
|
|
|
%
efektifitas
|
78,57%
|
(efektif)
|
Berdasarkan kriteria ketuntasan yang telah
ditetapkan maka dengan menggunakan media pembelajaran kubertanya dalam
pembelajaran Tata Nama Senyawa dapat dinyatakan efektif karena terdapat 78,57 %
siswa yang tuntas dengan rata-rata 73,57 (sudah di atas 70).
E. Pembahasan
Pembahasan dari hasil penelitian yang telah
dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Hasil Validasi Media Pembelajaran
Berdasarkan analisis data penilaian validasi
dari validator, maka validitas media pembelajaran kubertanya yang dikembangkan
untuk materi tata nama senyawa tergolong valid.
Hasil analisis data validasi, menunjukkan
rata-rata persentase penilaian validator terhadap media pembelajaran adalah 70,8%.
Berdasarkan kategori yang telah ditetapkan, maka media pembelajaran yang
dikembangkan ini tergolong valid.
Berdasarkan penilaian validator, maka media pembelajaran ini sudah sesuai
dengan indikator dan tujuan pembelajaran.
Media yang dibuat juga dapat memotivasi siswa untuk
berpikir kritis sehingga dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap
konsep-konsep kimia. Media yang dibuat mudah digunakan serta sesuai dengan sarana prasarana sekolah.
2. Praktikalitas Media Pembelajaran
Tingkat praktikalitas dilihat dari
sejauh mana guru dan siswa dapat
menggunakan media pembelajaran kubertanya dalam pembelajaran pada materi tata
nama senyawa. Untuk melihat apakah media pembelajaran kubertanya yang telah
dibuat praktis digunakan atau sebaliknya, maka dilakukan uji coba pada siswa
SMAN 1Bonjol.
Sesuai dengan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) yang telah dibuat, maka uji coba dilakukan pada hari sabtu
tanggal 20 Agustus 2016. Praktikalitas perangkat dapat dilihat dari data hasil
observasi keterlaksanaan RPP dan angket respon siswa setelah pelaksanaan
pembelajaran.
1) Hasil Observasi
Keterlaksanaan RPP
Hasil observasi keterlaksanaan RPP
menunjukkan bahwa pembelajaran terlaksana sesuai dengan perencanaan yang telah
dibuat. Hal ini ditunjukkan dari data hasil observasi keterlaksanaan RPP yang
diperoleh dalam kategori praktis. Data ini menunjukkan bahwa RPP praktis
digunakan dalam pembelajaran pada materi tata nama senyawa di SMAN 1 Bonjol.
2) Hasil observasi Angket
Respon Siswa
Hasil analisis terhadap angket respon siswa
menunjukkan bahwa siswa menjadi lebih mudah memahami konsep-konsep tata nama
senyawa. Media pembelajaran kubertanya yang digunakan juga menarik bagi siswa.
Ini terlihat dari hasil angket respon siswa setelah mengikuti pembelajaran tata
nama senyawa dengan media pembelajaran kubertanya yang berkategori sangat
praktis.
3. Efektivitas Perangkat
Pembelajaran
Efektivitas perangkat pembelajaran berkaitan
dengan hasil yang diperoleh siswa setelah mengikuti proses pembelajaran dengan
menggunakan perangkat yang dikembangkan. Perangkat pembelajaran dikatakan
efektif jika hasil yang diperoleh siswa sesuai dengan yang diharapkan.
Berdasarkan data analisis hasil belajar siswa
dengan persentase tingkat ketuntasan yaitu
78,57 % dengan nilai rata-rata kelas 73,57. Hal ini menunjukkan bahwa media
pembelajaran kubertanya yang dikembangkan bersifat efektif. Pembelajaran dengan
menggunakan media pembelajaran kubertanya memfasilitasi peserta didik agar mereka mendapatkan
kemudahan dalam belajar.
BAB
V
Kesimpulan dan
Saran
A. Kesimpulan
Berdasarkan
hasil analisis data validasi dan hasil uji coba media pembelajaran yang
dikembangkan, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Media
pembelajaran kubertanya pada materi tata
nama senyawa telah berhasil di disain dengan menggunakan langkah-langkah
pengembangan model 4D.
2. Media
pembelajaran kubertanya yang
dikembangkan untuk materi tata nama senyawa sudah valid menurut validator.
3. Media
pembelajaran kubertanya yang
dikembangkan untuk materi tata nama senyawa sudah praktis untuk dipakai dalam
pembelajaran sehingga guru dan siswa dapat menggunakannya.
4. Media
pembelajaran kubertanya yang
dikembangkan untuk materi tata nama senyawa sudah efektif sehingga dengan menggunakan
media pembelajaran ini hasil belajar dapat dicapai seperti yang diharapkan.
B. Saran
Berdasakan
penelitian yang telah dilakukan, maka penulis menyarankan hal-hal berikut :
1. Kepada
peneliti selanjutnya agar melakukan uji coba di beberapa sekolah dengan situasi
dan kondisi yang berbeda-beda untuk mendapatkan media pembelajaran yang lebih
sempurna.
2.
Kepada peneliti selanjutnya
agar melakukan ujicoba lebih dari satu
kali sehingga validitas, praktikalitas dan efektifitas dari media pembelajaran
yang dikembangkan lebih sempurna.
DAFTAR PUSTAKA
Asri Budiningsih, (2008), Belajar dan
Pembelajaran, Jakarta: Rineka Cipta.
Abdul Hadi , (2015), Tata Nama Senyawa Sederhana http://www.softilmu.com, diakses tanggal 4 Agustus 2016.
Dedi Siswoyo, (2012), Jenis Jenis Media Pembelajaran, . http://dedi26.blogspot.co.id, diakses
tanggal 4 Agustus 2016.
Depdiknas, (2006), Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan, Jakarta: Depdiknas.
Djamilah Sudjana, (2015), Kartu Kation-Anion
sebagai Inovasi Media Pembelajaran pada Mata Pelajaran Kimia di Sekolah
Menengah Atas (SMA), Jurnal Lingkar
Widyaiswara (www.juliwi.com) Edisi
2 No. 1, Jan – Mar 2015, p.21 – 37 ISSN:
2355-4118.
Dimyati dan Mudjiono, (2006),
Belajar dan Pembelajaran,
Jakarta: Rineka Cipta.
Dindin
Sholehudin, (2004), Petunjuk Guru Kimia, Bandung:
Grafindo Media Utama.
Made
Wena, (2011), Strategi Pembelajaran
Inovatif Kontemporer, Jakarta: Bumi Aksara.
Nana
sudjana, (2004), Penelitian hasil belajar
mengajar, Bandung: PT Rosdakarya.
Pupuh Fathur Rohman
dan Sobry Sutikno, (2007), Strategi Belajar Mengajar Melalui Konsep Umum dan Konsep
Islami, Jakarta: Refika Aditama.
Riduwan,
(2007), Belajar Mudah Penelitian untuk guru, Karyawan
dan Peneliti Pemula, Bandung: Alfabeta.
Rusman,
(2014), Model-model Pembelajaran
Mengembangkan Profesional Guru, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Sugiyono, (2010), Metode
Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D,
Bandung: Alfabeta.
Trianto. (2007).
Model Pembelajaran Terpadu, Teori dan
Praktek. Jakarta: Prestasi Pustaka.
Langganan:
Postingan (Atom)